Wednesday, August 24, 2005
Aku mencintai istriku

Aku mencintai istriku
nas

Desing suara kota terkadang menjengkelkan juga. Campur baur bunyi mobil dan masyarakatnya bikin telinga semakin bumpet. Apalagi pada pikiran yang sedang ruwet.
Lelaki itu kelihatan bingung. Jalannya seperti tidak ada arah, sekenanya. Ada sesuatu dalam pikiran, tentang hidup yg terjalani. Ia sedang susah, nampaknya. Dan memang, ia baru saja dipecat dari tempat dia kerja.
Dipinggir sebelah perempatan itu, pada sebilah tempat dimana bangunan belum selesai, ia terduduk, memandang jalan dan lalu-lalangnya. Orang-orang pada sibuk dengan keperluan masing-masing. Mobil-mobil menggelinding pada tujuannya. Toko-toko membuka pintu dengan barang pajangannya. Ia duduk sendiri, sesekali mendesah tanpa ada teman berbagi gelisah. Lantas matanya tertuju pada poster besar disudut jalan. Gambar honda accord itu sepertinya menarik. Terlihat bagus dan enak ditumpangi. Warnanya merah, dan gadis yg berdiri disebelah pintunya itu cukup cantik, tersenyum dengan belahan dada yg sedikit terbuka. Celananyapun ketat pada garis lekuk tubuh yang hmmm...glek !! iapun menelan ludah. Kemudian lorong-lorong pikirannya menerawang pada garis sebuah imaji.

Canda kedua anak-anak itu terlihat riang. Tawa mereka lepas pada gigi yang geripis. Sekali-sekali berlarian tengoki jalan dari balik pagar. mereka telah sedari pagi menunggu bapaknya pulang dengan kue-kue dan barang mainan yang dibawa dari luar kota. Wanita itupun duduk diserambi rumah, pada sebuah kursi plastik yang teranyam, begitu nyaman. Sesekali nampak serius membaca, namun ia rebahkan lagi koran itu diatas meja, sambil kembali wajahnya memandang kedua anaknya yang sedang bercanda. Ia sedang menunggu suami yg ia rindui selama seminggu.
Lelaki itu masih duduk dengan hati harap-cemas, memandang panorama depan dari balik kaca mobil yang ia supiri. Disampingnya, duduk pula rekan bisnis yang menemaninya selama ada diluar kota. Mereka, nampaknya...ada rahasia yang tersimpan dalam hati masing-masing.
" Sudah siap segalanya, man ?" tanya lelaki itu.
" Sudah, tinggal bagaimana kita saja " jawab rekannya.
" Jangan tunjukkan hal-hal yang membuat mereka tidak senang "
" Okey.."
" Aku sangat mencintai istriku, juga anak-anakku. Masalah bisnis kita, keuangan kita, utang-utang kita, jangan pernah kau ucap sepatahpun " tambahnya.
" ya..aku mengerti "
" Sebentar lagi kita sampai "
Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang. Warnanya yang masih baru terlihat menyenangkan. Suaranya halus bisa bikin penumpangnya cepat tertidur.
Kemudian berhenti dihalaman rumah yang selalu ia rindukan. Jerit sorak anak-anak itupun membuat hatinya berbunga. Ia rangkuli mereka dalam satu dekapan, sambil menciuminya satu-satu. Bajunya yang sedari tadi terlihat rapi, terkoyak oleh ulah anakanaknya. Ia biarkan, dan biarkan lagi saat mereka menariki rambutnya, meninjui dadanya, meremas gemas tubuhnya. Ia hanya bisa tersenyum dan tertawa. Ia bahagia. Lantas ia gendong mereka ke pelataran diteras rumah, membagikan permen dan kue dari dalam tas kecilnya.
Wanita itu memandangi dengan senyum. Begitu lapang pikirannya melihat suami dan anak-anaknya melepas hangat ceria mereka. Hatinya bahagia luar biasa. Ia rasakan, sungguh hidup begitu indah dalam rengkuhan cinta dan kesungguhan maknanya.
Lantas suaminya mendekat, memandangi dgn senyum. Tak ada kata, hanya tatapan penuh arti yang sempat membungkam kehendak mulut untuk bicara. Wajahnya diam sejenak, sebelum bibir mungilnya tipis bergetar saat suaminya memeluk hangat, yang ia balas pula. Pelukan itu begitu mesra dan sungguh terasa mempunyai makna. " Aku rindu sekali padamu ". Bisikan itu lirih, namun terasa sangat menyentuh. Sebegitu dalam, wanita itupun menitikkan airmata.
" Setiap malam, selepas aku selesaikan urusanku seharian, aku selalu berpikir tentangmu, tentang anak-anak, dan tentang apa yg kalian lakukan dirumah. Aku selalu ingin berbagi malam dengan kalian, seperti malam-malam yang selama ini kita jalani. Terasa sepi, terasa kosong, meski hiruk pikuk suara kota masih mengiang sampai malam menjelang pagi. Senyummu adalah lebih dari apa yang aku cari. Tawa anak-anak kita adalah warna dalam sudut-sudut hati. Kamu, aku tak bisa meninggalkanmu, meski roda hidup menggelincirkanku pada tempat dimanapun. Kau lahirkan anak-anakku, dan aku tak bisa membalas selain dengan kasih dan cinta tulus yang sungguh-sungguh, kepadamu, dan kepada mereka yang kau lahirkan dariku. Kamu, aku menangis ketika sepi. Sebab sepi adalah jalan yang aku lewati pada hari-hari tanpa dirimu. Aku tak tahan. Kamu istriku, semangatku yang tak pernah mati. Setiap desah semua nafasku, sepertinya
kau yang memberinya jiwa. Kamu selalu ada dan tak akan pernah pergi. Seandainya aku tak sanggup memelukmu seperti ini, aku tetap ada mendekapmu dalam hati. Maka tetaplah tersenyum, sejauh apa jalan kita. Menjelang pagi sampai ujung waktu sebelum tidur, aku masih terjaga dengan kata-kata dalam hatiku, bahwa kamu, juga anak-anak kita adalah cinta yang harus kujaga.
" Terkadang ada yang membuat mereka heran, bahkan menganggapku seperti anak kecil, sebab aku selalu membawa boneka pink. Ketika keluar, atau saat aku tertidur, bahkan pada rapat terpenting sekalipun boneka itu menemaniku. Aku katakan pada mereka, bahwa boneka itu adalah kesayangan istriku. Aku selalu membawanya sebagaimana aku selalu membawa istriku. Sebab dia adalah pribadi yang sangat berarti. Boneka itu, aku memberikannya bertahun yang lalu sebagai hadiah pada kekasih. Lantas ia simpan baik-baik sebagai barang yang tak boleh hilang. Aku membawanya sekali-sekali saat aku harus keluar beberapa lama, agar aku merasa selalu bisa memeluknya. Kadang mereka ada yang tertawa, namun tak aku peduli. Hanya kamu istriku, aku harap untuk mengerti, bahwa kamu selalu ada, disudut manapun dunia kita."
" Kamu, juga anak-anak kita, adalah jiwaku yg paling sempurna. Pemahamanku pada cinta yang selama ini kita bagi, sudah kau berikan dengan ketulusan dan pengertian yang cukup membuat aku lebih mengerti, bahwa kita bahagia. Anak-anak itu sungguh manis dan baik-baik. Mereka dan kesempurnaannya adalah buah kesungguhan kasih kita yang tulus. Aku tak bisa lepaskan kalian ketika ada dimanapun, atau pada saat apapun. Sebab kalian adalah jiwa terpenting dalam hidupku. Aku sangat mencintaimu, juga anak-anak kita ".Lelaki itu kemudian hanya sanggup merengkuh istrinya. Dalam dekapan. Dalam pelukan yang ia masih belum bisa lepaskan.
" Seperti itu juga, kak. Hanya aku tak sanggup mengungkapnya dalam kata. Pengertianku hanyalah, kau faham apa yang kukatakan dalam hati. Aku tulus. Dan kamu tak bisa kulepas. Ketiadaanmu sesaat lalu, bukanlah sebuah kepergian. Namun justru keterdekatan yang semakin lekat. Ketiadaanmu itu, aku percaya, adalah demi kehangatan yang ingin kau berikan untukku, juga anak-anakmu."
" Akupun juga mengerti kak, bahwa kau mencintaiku, juga anak-anakmu. Maka ketika anak-anak merasakan rindu yang mendesak, aku selalu bilang bahwa ayah selalu ada dirumah bersama ibu. Hanya kalian belum bisa jumpa, sebab ayah ingin membahagiakan ibu, juga kalian. Itu pulalah kak, mereka lantas mengerti bahwa aku sangat mencintaimu, sepertihalnya mereka pula."
" Aku tak bisa banyak berkata. Hanya kamu, aku merasa tak bisa pergi ".
Wanita itu terkulai dipelukan suaminya. Tak sanggup lagi berkata. Tak sanggup pula hentikan air mata. Ia hanya bisa mengerti, bahwa lelaki yang memeluknya, adalah suami yang selalu memberinya jiwa.
Lelaki itupun mengecup kening istrinya. Kasihnya seperti tiada bertepi. Bahagianya menyentuh seluruh ujung sudut-sudut hati. Dan perasaan itupun lantas sulit diungkap, bahkan dengan kiasan seindah apapun.
Ia lupakan bahwa mobil yang baru beli itupun sebenarnya utang. Ia lupakan bahwa bisnis yang ia rintis sebenarnya sedang pailit. Ia hanya ingin agar istrinya bahagia. Anaknyapun senang. Sebab ia yakin bahwa mereka adalah tujuan hidup yg dimiliki. Maka ketika anak-anak mereka datang membaur, lengkapnya hidup semakin terasa sempurna. Mereka saling berpeluk. Saling melepas rindu. Saling memberi apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Anak-anak itu begitu manis, polos dan lucu. Dan ketika ada yang bertanya " Ibu, kenapa ibu menangis ?" wanita itu hanya menjawab " sebab aku mencintai ayahmu ".
Mereka sungguh bahagia. Mereka memiliki apa yang setiap mahluk ingin miliki. Mereka hidup dengan cinta dan rasa damai.
-----
Lelaki itupun lantas beranjak, tinggalkan desah yang ia lepas ditempat itu. Malam semakin berangkat sepi, dan ia masih belum tahu kemana akan pergi. Maka angin dingin itu membuatnya berteduh di emper sebuah pertokoan yang menyisakan sedikit rasa hangat.
" Selamat malam " Ia menyapa pada seseorang yg juga duduk sendiri. Pria itu sudah tampak berumur. Rambutnya yang telah memutih, terlihat juga pada jenggot yg ia biarkan tumbuh.
" Selamat malam. Sedang apa disini ? " Ia kemudian bertanya.
" Sedang berteduh dari hawa dingin " jawabnya.
" Tak ingin pulang dan nikmati hangat dirumah ? "
" Tidak, aku masih ingin diluar nikmati udara " jawabnya lagi.
" oh.." Pria itu hanya mengangguk.
" Kenapa pula bapak duduk disini ?" tanya lelaki itu.
" Aku tak tahu. Mungkin aku sudah terbiasa " jawabnya.
" Apa bapak juga tak ingin pulang ?" tanyanya lagi.
" Ingin juga, tapi rumah itu sudah tak seperti rumahku lagi. Anak-anakku sudah pada pergi. Tinggal satu, dan dia yang menguasai rumah itu. Maka aku pergi kesini, bersama malam yang nampak lebih bersahabat " jawabnya.
" Terus, istri bapak dimana ?" lelaki itu ingin tahu.
" Istriku..aku mencintainya " kata lelaki tua itu.
" Bapak tidak ingin menjumpainya juga ?"
" Aku sangat mencintai istriku " Ia menggumam dengan nada yg sama.
Pria tua itu kemudian menunduk. Ada gurat sedih di kerut wajahnya.Lelaki muda itupun tak berani melanjutkan pertanyaannya, sebab ia menyangka istri bapak itu telah mati. " maaf..." hanya itu gumam lirihnya.
" Kamu sudah punya istri ?" bapak itu balik bertanya.
" Belum, tapi aku sudah menginginkannya " jawabnya.
" Kenapa belum menikah juga ?"
" Mungkin belum ketemu, pak..sebab aku ingin hidup dgn wanita yang benar-benar mencintaiku, dan aku cintai pula. Mungkin menikah itu mudah, tapi tidak gampang pula. Dalam gambaranku, aku ingin punya istri dan anak-anak yang selalu ingin dekat, dan merindukanku disaat aku jauh."
"oh.." bapak itu mengangguk lagi.
" Pada saat bapak menikah, apa yang bapak rasakan ? "pemuda itu bertanya.
" Yang jelas aku bahagia. Sangat bahagia. Sebab istri yang kupilih adalah wanita paling ideal dalam pikiranku. Akupun punya gambaran yg sama sepertimu sebelum menikah. Hidup bersama. Saling mencinta. Punya anak yang manis dan baik-baik. Bahagia sampai akhir hidup kami. Pernikahankupun sebenarnya pernikahan yang bahagia. Kami dikaruniai 4 anak, dan semuanya baik-baik. Aku mencintai istriku, juga anak-anakku. Kami semua saling mencinta, saling memberi perhatian. Selama kami hidup bersama, hampir tak ada masalah yang berarti. Sampai pada satu titik kami harus menerima kenyataan, bahwa cinta tak selalu harus bersama."
" Oh...maaf kalau saya mengingatkan bapak pada luka lama "
" Oh tidak...aku tidak punya luka lama. Justru aku punya kenangan indah. Aku mencintai istriku, juga anak-anakku. Karena itulah aku disini, sebab aku merasa bisa bersama istri ". kata bapak itu.
Lelaki muda itupun diam sebentar. Ia tak ingin bapak itu merasa sedih. Namun rasa ingin tahu membuatnya ingin bertanya lagi.
" sebelumnya mohon maaf, tapi kalau boleh tahu...kapan istri bapak itu meninggal ?"
Bapak tua itu kelihatan tergagap. Ia seperti terbangun, dan menatap pemuda itu.
" Meninggal ?...siapa bilang istriku meninggal ?" bapak itu balik bertanya.
" Oh..jadi dia masih ada ya ?" tanyanya lagi.
Bapak itu mengangguk.
" Lantas..dimana istri bapak sekarang ?"
" Dia ada disini, menurutku...meskipun tidak " jawab bapak itu.
" Maksudnya, tinggal dimana dia ? "
" Dia ada dirumahnya. Dia sedang memikirkanku juga nampaknya " jawab bapak itu.
" Lalu kenapa bapak tidak menjenguknya ?"
" Aku tidak bisa, sebab aku mencintainya " jawab bapak itu lagi.
Lelaki muda itu terlihat bingung. Ia tak mengerti apa yang dimaksud bapak itu.
" Begini... sebenarnya kami telah bercerai " bapak itu melanjutkan, setelah tahu pemuda itu mulai bingung.
" Oh...tetapi kenapa pula harus bercerai kalau masih saling mencinta ?"
" Kami masih saling mencintai, itu betul. Kami adalah dua pribadi yang mempunyai sifat dan perwatakan yang sama. Aku sabar. Aku suka mengalah. Istriku juga. Tapi justru itu yang mungkin membuat kami harus berpisah. Permasalahan sebenarnya bukan dari kami. Namun keberadaan lingkungan dan keluarga yang mebuat kami harus saling mengalah. Aku tak bisa cerita disini, sebab masalah pribadi. Yang jelas, aku harus mengalah demi kebaikan dan cinta kami. Istrikupun juga. Ia mengambil sikap yg sama demi aku yg mengalah krn dia. Maka kamipun sama-sama mundur. Kami bercerai. Dan saat ketika aku akan pergi, aku sempat berbisik " Aku sangat mencintaimu, juga anak-anak kita "
" Kamu masih muda, dan aku telah ada pengalaman. Mungkin aku lebih bisa bercerita, bahwa alangkah indah ada orang yang dikasihi. Alangkah senang hidup ini kalau kita bisa sama-sama bisa mengerti. Cinta tidak harus bisa selalu bersama. Ketulusan hati itu lebih penting daripada sekedar jajaran kata. Hidup ini tidak lama. Namun kerendahan hati, ketulusan, dan amal baik akan masih selalu hidup lebih abadi. Maka janganlah matamu tertutup hanya pada apa yang kau lihat saat ini, tapi bukalah juga mata hati, sebab itu yang bisa membuat kau bisa merasa hidup lebih lama."
" Akupun juga bisa cerita, bahwa perbedaan itu kadang perlu. Sebab perbedaan pada satu titik, bisa membuat kita lebih bersatu. Jangan takut kalau suatu saat ada ketidaksamaan pandangan, baik dengan teman, rekan kerja, keluarga ataupun istri. Hadapilah dengan kedewasaan, kepala dingin dan akal sehat. Semua akan baik-baik saja. Hal itu wajar, sebab Tuhan menciptakan manusia dalam perbedaan. Justru dengan kesamaan yang berlebihan akan membuat hidup ini terasa stagnan, monoton dan tidak berwarna. Itulah pula yang mungkin membuat aku harus berpisah dengan istriku. Maka bersiaplah. Kamu masih muda, masih punya cita-cita, masih ada kesempatan mengubah hidup agar lebih mempunyai makna."
Lelaki muda itu hanya mengangguk. Ia mengerti yang dimaksud bapak itu.
" Saya mengerti, pak..anda betul. Namun seandainya aku punya istri nanti, aku ingin kami selalu saling mengerti, menjaga dan selalu bersama. Aku ingin istriku adalah wanita yang bisa kuajak hidup sampai mati. Sebab dalam bayanganku, sungguh indah hidup ini jika ada yang dicinta, diajak bicara dan dipeluk penuh hangat. Aku tak ingin bercerai, sebab istriku nanti adalah satu-satunya wanita dalam hidup. Aku tak ingin kehilangan dia, baik fisik ataupun jiwanya " kata lelaki muda itu.
" Ya..kamu juga betul. Kamu punya keinginan yang baik. Kamu punya cita-cita yang indah. Kamu juga punya hati yang bersih nampaknya. Hanya mungkin kamu belum mengalami realitas yang sebenarnya. Maka tetaplah berusaha. Carilah apa yang ada dalam setiap harapanmu. Meski dalam kesulitan apapun sekarang, engkaupun masih bisa."
" Terima kasih pak. Saya senang bertemu bapak malam ini."
Malam semakin larut. Hawa dingin dan semakin sepi. Lelaki itupun memohon pamit. Namun sebelum beranjak, bapak itu menggamit tangannya dan berkata lagi " Sebelum pergi, kaupun telah tahu, bahwa aku mencintai istriku, juga anak-anakku "
" Iya pak, akupun akan selalu mencintai bakal istriku ".




@ Missouri, bersama langit yang mendengarkan.

====================Ketika kau fahami bahwa hidup ini untuk satu tujuan, dan ketika kau mengerti bahwa tujuan itu adalah inti dari kehidupan, maka engkau akan temukan makna dan kesejukannya.
 
posted by nasindo at 2:26 AM | Permalink | 3 comments
Ojo dumeh
Aku dibesarkan dari keluarga guru. Ayahku guru. Ibuku guru. Paman dan bibi-bibiku kalau aku hitung 80 persen semuanya guru. Akupun sebenarnya juga diarahkan menjadi guru, tapi aku nggak mau. Sepertinya sebagai guru itu kelihatan monoton, kurang bisa bebas, gajipun begitu-begitu saja. Maka akupun menjadi diriku sendiri. Tapi sebagai apa aku, sebenarnya juga kurang tahu. Mungkin sebagai petualang, atau sebagai seniman, atau sebagai penjual makanan juga boleh. Atau apa saja deh, tapi aku bukan guru.
Padahal sebagai guru itu sebenarnya enak. Meski hidup sederhana, tapi bisa tentram sebab pikiran dan pribadi kita terarah.
Sejak kecil aku telah diajarkan hidup sederhana oleh orangtuaku. Mereka mengarahkan anak-anaknya menjadi org yg biasa-biasa saja. Nggak macem-macem, tapi tidak gampang menyerah dalam perjuangan hidup.
Mengutip yang beliau katakan, sebagaimana yg diajarkan Imam Zarkasyi dari gontor :
---
Berani hidup, berani mati
Takut mati, jangan hidup
Takut hidup, mati saja !
---
Betapa kita harus tetap hidup dlm kehidupan ini. Maksudnya hidup bukan hanya bisa bernapas, makan dan saling mengawini. Tapi lebih pada kehidupan yang berjiwa, berjuang dan berbuat sesuatu yang berguna. Memang tidak gampang, tapi tidak sulit juga. Maka kita diharuskan untuk terus berusaha dalam hidup ini, sampai benar-benar tak mampu.
Ada pula ajaran beliau yang masih selalu ada dalam ingatanku. Tentang hidup yang saling menghormati, dan kesetaraan kita sebagai manusia. Beliau katakan bahwa manusia dimanapun itu sama, hanya kepribadian yang membedakan derajat. Maka jangan kita menjadi manusia yang berbeda.Beliau ajarkan tentang falsafah "ojo dumeh", sebuah ungkapan bahasa jawa yang artinya " jangan mentang-mentang ". Intinya begini :
---
" Jangan mentang-mentang kau orang kaya, lalu kau bersikap sombong pada yang miskin "
" Jangan mentang-mentang kau punya kuasa, lalu kau semena-mena pada yang lemah "
" Jangan mentang-mentang kau pandai, lalu kau membodohi orang yang bodoh "
" Jangan mentang-mentang kau cantik, lalu kau mengejek orang yang jelek "
Jangan takabur. Lihatlah kebawah. Niscaya kau punya derajat.
" Jangan karena kau miskin, lalu kau iri pada yang kaya "
" Jangan karena kau lemah, lalu kau takut pada yg punya kuasa "
" Jangan karena kau bodoh, lalu kau enggan belajar pada yang pandai "
" Jangan karena kau jelek, lalu kau malu pada yang cantik "
Jangan resah. Jangan merasa rendah. Tunjukkan bahwa kau punya derajat.
---
Kerendahan hati itu penting demi lebih tingginya martabat kita. Pribadi kita lebih menarik jika kita bisa bersikap baik. Hidup ini terasa indah kalau bisa saling menghormati.Semua ras nggak ada bedanya. Kaya-miskin nggak berbeda pula. Semua manusia sebenarnya sama. Maka tunjukkan bahwa kita punya martabat.
Orang yang mengatakan dirinya kaya, sebenarnya dia miskin. Yang mengatakan dirinya pandai, sebenarnya dia bodoh. Yang mengatakan dirinya cantik, sebenarnya dia jelek.
Seseorang yang mempunyai banyak harta, tapi dia selalu merasa kurang, sebenarnya dia lebih miskin dari petani kecil yang selalu mengucap syukur untuk sesuap nasi. Sebab Kekayaan yang sebenarnya selalu ada dalam hati.
Kelemahan terbesar manusia adalah nafsu. Marilah kita coba untuk mengalahkannya.


Terima kasih, ayah
Aku pasti pulang menjengukmu lagi.


@ Missouri, saat bermenung diri.

=======
 
posted by nasindo at 2:16 AM | Permalink | 2 comments
Mobil roda dua ( part 2 )

Anda boleh memilikinya dengan harga separoh saja.
nas

=====
Kita masih ingat masa-masa perang dingin, dimana kedua blok saling berunjuk gigi menciptakan senjata dan perangkat perang dengan tehnik tinggi. Seumpama gorbachev tidak sadar dengan glasnost dan perestroika-nya, atau komunisme tidak runtuh satu-satu, mungkin dunia bisa semakin was-was, atau bahkan sudah kiamat. Kita masih ingat pula ketika Iraq menyerang kuwait, dan tentara sekutu membombardir wilayahnya. Seumpama saddam benar-benar meluncurkan serangan bio-chemistnya, mungkin sejarah berbelok pada posisi yg lebih parah. Dan coba kita lihat juga peristiwa 11 september yang menghancurkan kota New York. Peta duniapun berubah menjadi ajang peperangan dan ledakan bom.
Peristiwa-peristiwa itu adalah sedikit dari banyaknya peristiwa yang dunia tidak bisa lupa. Akan sangat panjang kalo kita rinci peristiwa2 yang menggoncangkan dunia dan ketentraman hidup kita. Maka tak usahlah, sebab saat ini pula kita sedang dihadapkan pada permasalahan serius yg juga mengancam jiwa kita, sewaktu-waktu.
Terorisme adalah isu hangat yg menjadi penyakit hari ini. Bom-bom misterius sudah banyak memakan jiwa orang-orang tak bersalah. Siapa pelakunya ? kita tak tahu. Kita hanya bisa mengira kelompok-kelompok tertentu dibalik semuanya. Benar dan tidaknya, kita nggak tahu. Orang-orang yang ditahan di Guantanamo bay, mungkin mereka hanya petani, pedagang atau rakyat biasa yang terpojok keadaan sulit saat perang, sehingga mereka harus menerima tuduhan bahwa mereka adalah teroris.
Saat perang dingin, Amerika menuduh gerakan bawah tanah komunis sebagai kelompok teroris. Saat ini kelompok ekstremis militan Islam yg disalahkan. Sebaliknya, kelompok-kelompok itu menuduh justru Amerika yg sebenarnya peneror dunia. Politik dan propaganda Amerika di dunia internasional dianggap sebagai tindakan terorisme global. Kemauan-kemauan dan sikap Amerika dianggap sebagai Politik standar ganda oleh berbagai pihak yang dirugikan.
Mereka saling berperang dengan kebenaran masing-masing. Canggihnya militer US dilawan dengan gerakan teror bawah tanah. Perseteruanpun seperti sebuah perang " Hi-tech vs. Invisible people ". Medan perang bisa ada dimana saja dan kapan saja. Bisa ditempat saya, ditempat anda atau ditempat mereka. Ledakannya bisa terjadi saat kita kerja, saat makan, saat mancing, saat chatting, atau saat kambing kita bunting. Pokoknya kapan saja deh !
Ini perang model terbaru, gayanya lain dari perang yang dulu-dulu. Sepertinya lebih gaswat, sebab Masyarakat sipil, anak-anak dan orang tua yang nggak tau apa-apa menjadi korban.
Sepertinya konflik ini akan sulit selesai, sebab akar permasalahannya sudah bercabang nggak karu2an. Sekarang hidup kita sudah semakin sulit dan tidak aman. Coba bayangkan bagaimana dunia 10 tahun mendatang seandainya perang ini belum reda, atau bahkan semakin keras. Korban manusia-manusia tak bersalah akan susah dihitung. Mereka yang beruntung masih hidup akan bingung bagaimana bisa merasa hidup.
Perang menyebabkan semua jadi rusak. Manusia akan bingung mau kemana cari tempat yang benar-benar aman. Sulit hidup tenang. Susah cari makan. Lantas kemana kita akan sembunyi jika rumah kita sendiri dirasa nggak aman ? dimana kita cari makan jika tempat kerja kita dihancurkan ? Gimana bisa bertahan jika sumber hidup kita dimusnahan ?.
Susah ! Jengkel ! marah ! Bingung ! Maka saat itu adalah jaman ketika manusia banyak yang sinting.
Puing !...mungkin itu hiasan yang akan banyak kita jumpai. Hidup ini seperti sebuah panggung kemarahan dari mereka yang haus darah. Kebencian yang saling mereka tanamkan berimbas pada mereka yang butuh ketentraman. Kita yg tidak tahu apa-apa jadi sasaran pula. Semua kemudian seperti serpihan puing.
Seperti mobil pada gambar komersial diatas adalah puing. Sudah nggak ada artinya. Sudah nggak bisa dipergunakan lagi. Pemiliknya bingung. Mobil satu-satunya sudah terpenggal kepalanya. Entah terkena bom atau sekedar kecelakaan saja, yang jelas pemiliknya pusing. Ia hanya berangan-angan dalam kebingungannya, bagaimana kalau mobil itu dijual saja separoh harga, sebab kenyataannya mobil itu tinggal separoh. Daripada nganggur jadi besi tua, mungkin masih bisa dicari kegunaannya. Toh rodanya masih dua. Tempat duduk juga masih ada. Hanya gimana nyupirnya, lha wong setirnya sudah nggak ada.
Tapi nggak apa-apa. Dalam iklannya, mobil itu bisa ditarik kuda. Atau kalo nggak ada kuda, siapapun boleh melakukannya, termasuk anda.
Dalam situasi susah semua cara bisa dicari. Demi hidup dan demi anak istri. Terkadang masih terasa berat juga menanggungnya, meski kita telah berusaha. Apalagi kalau pikiran dihantui rasa tidak aman. Orang waraspun bisa jadi gila, termasuk anda.


Perang...perang lagi. Kapankah berhenti ?
Rintihan hari ini, jeritan esok pagi
Siapa yang akan menang, akan kalah juga
Sebab saat pulang, puing yang tersisa
Lihatlah disana, mobil roda dua
Apa yang kau suka, kini tak berguna

=====

@ Missouri, saat sambil menonton TV
 
posted by nasindo at 12:01 AM | Permalink | 0 comments
Tuesday, August 23, 2005
Orang-orang di jaman edan

stress
nas

=====
Hari ini adalah jaman ketika semua kelihatan mungkin. Kemajuan tehnologi mempermudah hampir semua aspek aktivitas manusia sehari-hari. Kebutuhan hidup semakin beraneka ragamnya. Kegiatan manusia semakin dipermudah dgn alat2 bantu yang serba canggih dan sistematis. Namun hari ini pula adalah jaman ketika manusia banyak yang sinting.
Hidup ini susah2 gampang. Susahnya kalo kita jatuh pada masa2 sulit. Gampangnya kalo kita beruntung bisa hidup senang. Terus banyakan mana antara yg susah dan yg senang ? Kalo saya melihat, kayaknya sekitar 85% orang sekarang banyak susahnya.
Umumnya orang mengukur susah tidaknya seseorang itu dr harta yg dimiliki. Benar juga sih. Tapi menurut saya enggak juga. Kekuatan mental dan keteguhan jiwa lebih berperan dalam susah dan senangnya seseorang. Orang2 berada, kelas menengah dan yg miskin semua sama saja, banyak yg merasa susah. Nggak sedikit orang2 kaya yg stress, atau mengalami degradasi mental. Mungkin krn banyaknya masalah yg dihadapi, atau bingung dengan dunianya.
Saya pernah melihat direktur yg selalu lupa menutup resleting celananya, sehingga kelihatan sempaknya. Itupun kalau dia tidak lupa pakai sempak. lha kalau lupa ? sayapun bisa geli. Saya juga pernah melihat pemilik toko serba ada yg senyam senyum sendiri. Ketika ditanya kenapa, dia jawab sudah biasa. Kemarin lusa saya ketemu sama boss sebuah restoran. Ia suka pegang2 kepalanya ( bukan kepala burungnya lho ). Katanya selalu pusing dgn bisnisnya. Nggak sedikit pula cerita orang2 stress, miring dan gendeng lainnya. Aneh-aneh saja tingkah mereka.
Kenapa ya bisa demikian ? apakah keadaan hidup kita yg semakin sulit ? atau jaman memang sudah trend dgn gaya sinting dan edan2an ? saya pikir, mereka adalah orang2 yg berusaha menahan masalah hidup yang membebani.
Orang akan kelihatan selalu muram kalau perasaannya kesal dan pikirannya buntu. Sebaliknya, orang terlihat selalu segar kalau perasaannya senang dan pikirannya terbuka. Dan orang2 sekarang, sepertinya banyak yg muram drpd yg segar. Kenapa demikian ?
Faktor ambisi pada dunia dan materisalistiknya yg sangat mendominsasi pola hidup, sedang kebutuhan dan pengetahuan rohani yg dikesampingkan. Banyak orang skrg yg percaya Tuhan, tapi selalu melupakan Tuhan. Banyak juga org skrg yg berpikiran atheis, nggak percaya adanya kekuatan Tuhan. Nggak percaya adanya hidup setelah mati. Nggak percaya tentang kebenaran yg hakiki. Pikiranpun jadi terfokus pada masalah duniawi. Sedang permasalahan dunia sudah semakin kompleks dan penuh tipu daya. Maka ketika org dihadapkan pd masalah hidup dan kekeliruannya, Ia nggak ada tempat utk mendamaikan hati. Nggak ada tempat utk menepis resah-gelisah yg diakibatkannya. Ia nggak tahu kemana bisa menyandarkan diri melepas lelah, kesal dan amarah yg membelit ujung2 pikirannya. Maka ketika ia tak bisa menanggung beban, pikiran menjadi gelap, otakpun hilang arahnya, dan akhirnya linglung, stress atau bahkan gila.
Lihatlah orang2 yg suka mringis sendiri, atau yang termenung menatap sapi, yang nungging dipinggir2 jalan, yang berjalan tanpa celana, yang mancing ikan didalam panci, atau yang sedang santai menggantung diri. Kasihan mereka, tapi bukan salah siapa2, sebab seringkali itu salah mereka sendiri.
Para setan akan senang melihat kehancuran kita. Mereka akan tertawa sambil menari-nari memamerkan udelnya. Sedangkan kita terjerumus dgn batuk2 darah kemenangan mereka.
Maka dari itulah, mari kita Kuatkan mental kita, rohani kita, hidup kita, dan kedekatan kita pada yang maha kuasa. semakin kuat kita, semakin tegar kita dlm menghadapi hidup. Marilah kita berjalan dgn jiwa yg kukuh. Ajaklah mereka ke jalan yg lurus, biarkan mereka yg tak mau diluruskan. Lupakan sejenak ruwetnya permasalahan dunia, sebab dunia jaman sekarang memang sudah gendeng.
-----

...Dan selalu ingatlah, bahwa Tuhan selalu ada.


@ Missouri, saat nulis-nulis.
 
posted by nasindo at 11:27 PM | Permalink | 1 comments
Dipecat !


Santai ahh...enaknya tidur saja.


=====
Bulan lalu aku ditangkap polisi. Gara2nya temanku mengeluarkan kepala diatas kap mobilku yang terbuka. Aku sudah memperingatkannya sebenarnya, tapi dia yang sok tahu bahwa hal itu tidak apa2. Dan benarlah, ketika aku lewati independence st, diperempatan jalan yg terlihat sepi, ternyata ada dia yang menguntitku. Mobil itupun menyalakan lampu kelap-kelip, menyuruhku minggir untuk berhenti. kemudian aku hentikan mobilku diparkiran sebuah apartmen sebelah jalan itu. Maka, malam itu akupun ditangkap polisi.
Aku didenda $80. tapi aku minta uang itu ke temanku yang berdiri tadi, sebab dia yang bersalah. Uang itu tidak aku serahkan ke polisi yang menangkapku, sebab dia tidak mau. Di amerika, hukum memang benar2 ditegakkan. Tidak ada polisi yang melakukan pungli. Itulah sebabnya negeri ini terlihat tertib. Karena itulah aku tidak bisa menyogok polisi itu, seperti yang biasa aku lakukan di Indonesia, negeriku tercinta. Aku harus membayarnya di munipical court, pada tanggal aku diadili nanti. Naseb !
Beberapa hari setelah itu, ditempat kerjaku, ada gadis yang masih saudara dgn bosku. Dia masih muda, bajunyapun baru. Ia ingin kerja, tapi tak ada lowongan. maka iapun hanya bisa membantu.
Beberapa hari setelahnya, aku ditanya apakah aku tidak ingin vacation, sebab sudah hampir tiga tahun kerja nonstop tanpa vacation. Aku bilang okey, aku ingin rileks sejenak. maka akupun dikasih waktu kurang lebih sebulan utk vacation. Aku diharuskan kerja kembali pada akhir bulan Juli. 'Ya, akupun setuju saja ', meski sebenarnya aku juga mengira, ada udang dibalik batu. Aku tetap bersikap baik, tidak mau berburuk sangka.
Aku lewatkan hari2ku dgn jalan2, camping, main music, dan main kerumah teman. Aku juga tidak lupa chatting. Santai saja aku menikmati waktu.
Minggu ketigapun aku lewati, dan katanya aku sudah disuruh masuk dua hari lagi. 'ya, akupun siap!'. Rasa lelahku sudah terobati. Esoknya aku ditelpon, disuruh keluar kota, membantu cabang yang butuh tenaga. 'ya, akupun siap !'. Aku disana bekerja selama beberapa waktu. Sampai empat hari kemudian, aku disuruh balik ke apartemenku di cape girardeau utk kembali kerja ditempatku yg sebenarnya. Tapi sorenya, secara mendadak aku ditelpun lagi, disuruh ketempat lainnya utk membantu. 'ya, akupun siap !'. Lantas aku bekerja disana beberapa saat. Tiga hari kemudian, aku disuruh balik utk kembali kerja di cape girardeau. 'ya, akupun siap !'.
Sehari setelahnya, malam setelah anak2 pulang kerja, bosku datang. Ia katakan bahwa ditempatnya sudah tidak ada tempat kerja lagi, sebab gadis yang masih familinya itu menangis ingin tetap kerja disana. Aku sebenarnya bingung, ini ada apa ? Sebab bbrp saat lalu aku sudah diharuskan siap utk bekerja, dan sekarang dipecat. Tapi aku masih mau bersikap baik, dan aku jawab " Ya, akupun siap ! hanya beri sedikit waktu untuk pergi ".
Esoknya, ketika aku ada di downtown, aku ditelpon lagi. Katanya aku disuruh masuk kembali. Aku tanya ada apa ? kan sudah cukup org yg kerja ?. Dia jawab dia butuh aku, sebab gadis itu kurang cekatan. Aku jawab lagi " sudahlah, jangan pecat dia, nanti dia menangis lagi ". Tapi dia tetap ingin bertemu denganku. Aku bilang nanti malam saja, kalau sudah pulang kerja. Lalu aku tutup HP setelah dia bilang 'oke'.
Malamnya aku tunggu dia di apartment. Namun sampai menjelang pagi dia tak muncul juga. Terkadang aku merasa jengkel, sepertinya aku sedang dipermainkan. Tapi aku masih berbaik hati. Aku tunggu pada malam berikutnya. Namun malam itu sama dgn malam sebelumnya, dia tak muncul juga. Bahkan sampai malam ketigapun tak ada kabar berita. Maka aku putuskan utk mengemasi semua barang. Aku telah siap untuk pergi.
Esoknya akupun pergi tanpa pamit, juga tanpa basa basi. Hanya pada John lynch ( cowboy ), kawan baikku, aku bilang bhw aku mau kerja ditempat lain. Aku pesan jangan bilang2 ke siapapun, sebab aku nggak mau dipermainkan lagi. Lantas akupun pergi ketempat baru.
Esoknya lagi, ketika aku baru terbangun, bos itu telpon lagi, tapi tak aku angkat. dua kali dia telpun, tapi aku sudah malas. Terus keponakannya, yg juga tangan kanannya, mencoba telpon juga. tak aku angkat. Hanya dia kirim pesan dlm message box, agar aku telpun balik ke nomornya. Tapi aku tak pernah telpun balik. Kemudian saudaranya yang ada dicabang lain juga telpun. Aku sudah males. Maka semua tak tahu dimana aku sekarang. Hanya cowboy yg sempat ketemu aku kemarin di best buy.
Sampai saat ini, ketika aku menulis, aku masih ada dikamar ini sendiri. Aku ingin coba bicara sebenarnya, tapi aku pikir komputer ini asik juga. maka akupun santai saja.
Terkadang ada yang perlu kita petik dari kejadian yg kita alami. Tentang hidup, tentang perjuangan, tentang loyalitas dan keinginan-keinginan baik lainnya.
Tidak selamanya keingin baik itu akan berbalas baik pula. Tapi berbuat baik akan selalu baik sebenarnya. Aku antarkan kawanku malam itu adalah niat baik. Tentang kemudian aku ditangkap polisi, bukanlah imbas dr niat baik, hanya ketidakpatuhan seseorang saja yg membuat kejadian itu menjadi tak terduga. Atau yg bisa kita petik, paling tidak kita tahu bhw dlm aturan hukum yg diterapkan dan dipatuhi dgn baik, kehidupan bisa teratur, nyaman dan terlihat rapi. Kekeliruan tetaplah sebuah kesalahan, tapi bukan berarti tak bisa dibenahi. Sebab itulah aturan hukum harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh seluruh lapisan yang dinaunginya. Indonesia adalah negeri yg cukup indah, tapi alangkah lebih damai jika kehidupannya lebih nyaman dan teratur, meski satu saat kita terima kenyataan, bahwa kita ditangkap polisi.
Sepertihalnya aku sekarang, bahwa aku dipecat. Rasa nggak enak pasti ada, meski pemecatan itu bukan karena kesalahan yg aku lakukan. Hanya yg perlu kita lihat, kenapa hal itu bisa terjadi ?
Faktor ikatan keluarga yg jelas telihat, bukan profesionalisme. Bosku adalah org Amerika keturunan cina. Tradisionalisme cara berfikirnya masih pada kecenderungan budaya mereka. Maka ketika dia memutuskan utk memilih karyawan yg masih berbau keluarga bisa dimengerti. Hanya saja ketika terbentur masalah profesionalisme, ia menjadi bingung. Ia tidak bisa mengambil keputusan secara tepat, sehingga timbul satu problema " apakah cara kerja ini bisa diteruskan ?".
Aku sudah cukup lama bekerja disana, bahkan sejak bisnis itu dibuka. Telah banyak karyawan yg keluar-masuk, atau dikeluarkan dan dimasukkan. Dan aku masih tetap bertahan, krn aku dianggap bisa membantu lancarnya perjalanan bisnis. Aku juga masih tetap konsisten dengan loyalitasku pada mereka, dgn menjaga nama baik tentunya. Nah..ketika kemudian aku merasa exhausted atau kelelahan krn kerja begitu lama, aku merasa ingin istirahat sebentar. Telah lama pula aku ajukan keinginan utk relax, tapi kesempatan yg belum ada. Baru sebulan yg lalu ketika gadis itu datang, aku diberi waktu untuk istirahat. Namun yang patut disayangkan, pada akhirnya si bos terlihat bimbang antara tradisionalisme dan profesionalisme. Ia juga tak melihat pentingnya dedikasi dan loyalitas, apalagi balas budi. Ia mengambil keputusan yang tak dihitung secara matang. Maka apa yang disesalkan mungkin hanya sekedar penyesalan. Dan kemudian akupun harus pergi.
Nepotisme...dan segala korupsi dan kolusinya ternyata tetap ada didunia manapun. Tak peduli pada negara nomer satu dalam demokrasi. Yang membedakan hanyalah persentase tinggi rendahnya KKN itu sendiri.
Indonesia dikategorikan sangat parah dalam situasi ini. Tapi semoga bisa cepat diatasi.

Amin.

@ Missouri, saat dipecat.
=====
 
posted by nasindo at 10:36 PM | Permalink | 0 comments
Wednesday, August 17, 2005
Terjatuh
Sendiri...
dipinggir melukis batu
tulisi air, kata membisu
tatap kosong tertunduk lesu

mata diam didaun runtuh
bunga ranum dipinggir kali
jiwa yang telah luruh
warnapun tak tertemukan lagi

ada yang ia sadari
kenapa ia harus menepi
sebab dunia penuh gemuruh
iapun terjatuh

Ia pemimpi
pejuang hidup, pecinta sejati
jengkal langkah ia tapaki
meski darah ia dapati

Ia temukan sayapnya patah
geliat langkah tak semangat lagi
mimpinya hilang selipkan desah
cintapun t'lah berangkat pergi

Ia coba tegarkan diri
meski harus berteman sepi
luka yang tak terperi
ia sedang coba usapi

Dalam hening diujung hari
ia hanya merenung diri
betapa hidup tak harus miliki
namun makna yang difahami

Mendung hitam
langitpun sepi juga
gelisah riak air sungai
lelaki itu menghitung sunyi

Orang sangka dia hilang jiwa
orang kata dia tak hidup lagi
namun aku mengerti dia terluka
aku tahu hatinya juga sepi
hanya desah diujung sunyi
" aku pasti bangkit kembali "

Orang bilang dia telah gila
orang pandang dia tak berarti lagi
namun kulihat dia sungguh sadar
mengerti hidup dan segala arti
sebab dia tak henti berbisik
" Tuhan, Engkaupun selalu ada "


@ missouri, August 17th 2005
 
posted by nasindo at 6:49 PM | Permalink | 1 comments