Wednesday, August 24, 2005
Aku mencintai istriku

Aku mencintai istriku
nas

Desing suara kota terkadang menjengkelkan juga. Campur baur bunyi mobil dan masyarakatnya bikin telinga semakin bumpet. Apalagi pada pikiran yang sedang ruwet.
Lelaki itu kelihatan bingung. Jalannya seperti tidak ada arah, sekenanya. Ada sesuatu dalam pikiran, tentang hidup yg terjalani. Ia sedang susah, nampaknya. Dan memang, ia baru saja dipecat dari tempat dia kerja.
Dipinggir sebelah perempatan itu, pada sebilah tempat dimana bangunan belum selesai, ia terduduk, memandang jalan dan lalu-lalangnya. Orang-orang pada sibuk dengan keperluan masing-masing. Mobil-mobil menggelinding pada tujuannya. Toko-toko membuka pintu dengan barang pajangannya. Ia duduk sendiri, sesekali mendesah tanpa ada teman berbagi gelisah. Lantas matanya tertuju pada poster besar disudut jalan. Gambar honda accord itu sepertinya menarik. Terlihat bagus dan enak ditumpangi. Warnanya merah, dan gadis yg berdiri disebelah pintunya itu cukup cantik, tersenyum dengan belahan dada yg sedikit terbuka. Celananyapun ketat pada garis lekuk tubuh yang hmmm...glek !! iapun menelan ludah. Kemudian lorong-lorong pikirannya menerawang pada garis sebuah imaji.

Canda kedua anak-anak itu terlihat riang. Tawa mereka lepas pada gigi yang geripis. Sekali-sekali berlarian tengoki jalan dari balik pagar. mereka telah sedari pagi menunggu bapaknya pulang dengan kue-kue dan barang mainan yang dibawa dari luar kota. Wanita itupun duduk diserambi rumah, pada sebuah kursi plastik yang teranyam, begitu nyaman. Sesekali nampak serius membaca, namun ia rebahkan lagi koran itu diatas meja, sambil kembali wajahnya memandang kedua anaknya yang sedang bercanda. Ia sedang menunggu suami yg ia rindui selama seminggu.
Lelaki itu masih duduk dengan hati harap-cemas, memandang panorama depan dari balik kaca mobil yang ia supiri. Disampingnya, duduk pula rekan bisnis yang menemaninya selama ada diluar kota. Mereka, nampaknya...ada rahasia yang tersimpan dalam hati masing-masing.
" Sudah siap segalanya, man ?" tanya lelaki itu.
" Sudah, tinggal bagaimana kita saja " jawab rekannya.
" Jangan tunjukkan hal-hal yang membuat mereka tidak senang "
" Okey.."
" Aku sangat mencintai istriku, juga anak-anakku. Masalah bisnis kita, keuangan kita, utang-utang kita, jangan pernah kau ucap sepatahpun " tambahnya.
" ya..aku mengerti "
" Sebentar lagi kita sampai "
Mobil itu melaju dengan kecepatan sedang. Warnanya yang masih baru terlihat menyenangkan. Suaranya halus bisa bikin penumpangnya cepat tertidur.
Kemudian berhenti dihalaman rumah yang selalu ia rindukan. Jerit sorak anak-anak itupun membuat hatinya berbunga. Ia rangkuli mereka dalam satu dekapan, sambil menciuminya satu-satu. Bajunya yang sedari tadi terlihat rapi, terkoyak oleh ulah anakanaknya. Ia biarkan, dan biarkan lagi saat mereka menariki rambutnya, meninjui dadanya, meremas gemas tubuhnya. Ia hanya bisa tersenyum dan tertawa. Ia bahagia. Lantas ia gendong mereka ke pelataran diteras rumah, membagikan permen dan kue dari dalam tas kecilnya.
Wanita itu memandangi dengan senyum. Begitu lapang pikirannya melihat suami dan anak-anaknya melepas hangat ceria mereka. Hatinya bahagia luar biasa. Ia rasakan, sungguh hidup begitu indah dalam rengkuhan cinta dan kesungguhan maknanya.
Lantas suaminya mendekat, memandangi dgn senyum. Tak ada kata, hanya tatapan penuh arti yang sempat membungkam kehendak mulut untuk bicara. Wajahnya diam sejenak, sebelum bibir mungilnya tipis bergetar saat suaminya memeluk hangat, yang ia balas pula. Pelukan itu begitu mesra dan sungguh terasa mempunyai makna. " Aku rindu sekali padamu ". Bisikan itu lirih, namun terasa sangat menyentuh. Sebegitu dalam, wanita itupun menitikkan airmata.
" Setiap malam, selepas aku selesaikan urusanku seharian, aku selalu berpikir tentangmu, tentang anak-anak, dan tentang apa yg kalian lakukan dirumah. Aku selalu ingin berbagi malam dengan kalian, seperti malam-malam yang selama ini kita jalani. Terasa sepi, terasa kosong, meski hiruk pikuk suara kota masih mengiang sampai malam menjelang pagi. Senyummu adalah lebih dari apa yang aku cari. Tawa anak-anak kita adalah warna dalam sudut-sudut hati. Kamu, aku tak bisa meninggalkanmu, meski roda hidup menggelincirkanku pada tempat dimanapun. Kau lahirkan anak-anakku, dan aku tak bisa membalas selain dengan kasih dan cinta tulus yang sungguh-sungguh, kepadamu, dan kepada mereka yang kau lahirkan dariku. Kamu, aku menangis ketika sepi. Sebab sepi adalah jalan yang aku lewati pada hari-hari tanpa dirimu. Aku tak tahan. Kamu istriku, semangatku yang tak pernah mati. Setiap desah semua nafasku, sepertinya
kau yang memberinya jiwa. Kamu selalu ada dan tak akan pernah pergi. Seandainya aku tak sanggup memelukmu seperti ini, aku tetap ada mendekapmu dalam hati. Maka tetaplah tersenyum, sejauh apa jalan kita. Menjelang pagi sampai ujung waktu sebelum tidur, aku masih terjaga dengan kata-kata dalam hatiku, bahwa kamu, juga anak-anak kita adalah cinta yang harus kujaga.
" Terkadang ada yang membuat mereka heran, bahkan menganggapku seperti anak kecil, sebab aku selalu membawa boneka pink. Ketika keluar, atau saat aku tertidur, bahkan pada rapat terpenting sekalipun boneka itu menemaniku. Aku katakan pada mereka, bahwa boneka itu adalah kesayangan istriku. Aku selalu membawanya sebagaimana aku selalu membawa istriku. Sebab dia adalah pribadi yang sangat berarti. Boneka itu, aku memberikannya bertahun yang lalu sebagai hadiah pada kekasih. Lantas ia simpan baik-baik sebagai barang yang tak boleh hilang. Aku membawanya sekali-sekali saat aku harus keluar beberapa lama, agar aku merasa selalu bisa memeluknya. Kadang mereka ada yang tertawa, namun tak aku peduli. Hanya kamu istriku, aku harap untuk mengerti, bahwa kamu selalu ada, disudut manapun dunia kita."
" Kamu, juga anak-anak kita, adalah jiwaku yg paling sempurna. Pemahamanku pada cinta yang selama ini kita bagi, sudah kau berikan dengan ketulusan dan pengertian yang cukup membuat aku lebih mengerti, bahwa kita bahagia. Anak-anak itu sungguh manis dan baik-baik. Mereka dan kesempurnaannya adalah buah kesungguhan kasih kita yang tulus. Aku tak bisa lepaskan kalian ketika ada dimanapun, atau pada saat apapun. Sebab kalian adalah jiwa terpenting dalam hidupku. Aku sangat mencintaimu, juga anak-anak kita ".Lelaki itu kemudian hanya sanggup merengkuh istrinya. Dalam dekapan. Dalam pelukan yang ia masih belum bisa lepaskan.
" Seperti itu juga, kak. Hanya aku tak sanggup mengungkapnya dalam kata. Pengertianku hanyalah, kau faham apa yang kukatakan dalam hati. Aku tulus. Dan kamu tak bisa kulepas. Ketiadaanmu sesaat lalu, bukanlah sebuah kepergian. Namun justru keterdekatan yang semakin lekat. Ketiadaanmu itu, aku percaya, adalah demi kehangatan yang ingin kau berikan untukku, juga anak-anakmu."
" Akupun juga mengerti kak, bahwa kau mencintaiku, juga anak-anakmu. Maka ketika anak-anak merasakan rindu yang mendesak, aku selalu bilang bahwa ayah selalu ada dirumah bersama ibu. Hanya kalian belum bisa jumpa, sebab ayah ingin membahagiakan ibu, juga kalian. Itu pulalah kak, mereka lantas mengerti bahwa aku sangat mencintaimu, sepertihalnya mereka pula."
" Aku tak bisa banyak berkata. Hanya kamu, aku merasa tak bisa pergi ".
Wanita itu terkulai dipelukan suaminya. Tak sanggup lagi berkata. Tak sanggup pula hentikan air mata. Ia hanya bisa mengerti, bahwa lelaki yang memeluknya, adalah suami yang selalu memberinya jiwa.
Lelaki itupun mengecup kening istrinya. Kasihnya seperti tiada bertepi. Bahagianya menyentuh seluruh ujung sudut-sudut hati. Dan perasaan itupun lantas sulit diungkap, bahkan dengan kiasan seindah apapun.
Ia lupakan bahwa mobil yang baru beli itupun sebenarnya utang. Ia lupakan bahwa bisnis yang ia rintis sebenarnya sedang pailit. Ia hanya ingin agar istrinya bahagia. Anaknyapun senang. Sebab ia yakin bahwa mereka adalah tujuan hidup yg dimiliki. Maka ketika anak-anak mereka datang membaur, lengkapnya hidup semakin terasa sempurna. Mereka saling berpeluk. Saling melepas rindu. Saling memberi apa yang sebenarnya mereka butuhkan. Anak-anak itu begitu manis, polos dan lucu. Dan ketika ada yang bertanya " Ibu, kenapa ibu menangis ?" wanita itu hanya menjawab " sebab aku mencintai ayahmu ".
Mereka sungguh bahagia. Mereka memiliki apa yang setiap mahluk ingin miliki. Mereka hidup dengan cinta dan rasa damai.
-----
Lelaki itupun lantas beranjak, tinggalkan desah yang ia lepas ditempat itu. Malam semakin berangkat sepi, dan ia masih belum tahu kemana akan pergi. Maka angin dingin itu membuatnya berteduh di emper sebuah pertokoan yang menyisakan sedikit rasa hangat.
" Selamat malam " Ia menyapa pada seseorang yg juga duduk sendiri. Pria itu sudah tampak berumur. Rambutnya yang telah memutih, terlihat juga pada jenggot yg ia biarkan tumbuh.
" Selamat malam. Sedang apa disini ? " Ia kemudian bertanya.
" Sedang berteduh dari hawa dingin " jawabnya.
" Tak ingin pulang dan nikmati hangat dirumah ? "
" Tidak, aku masih ingin diluar nikmati udara " jawabnya lagi.
" oh.." Pria itu hanya mengangguk.
" Kenapa pula bapak duduk disini ?" tanya lelaki itu.
" Aku tak tahu. Mungkin aku sudah terbiasa " jawabnya.
" Apa bapak juga tak ingin pulang ?" tanyanya lagi.
" Ingin juga, tapi rumah itu sudah tak seperti rumahku lagi. Anak-anakku sudah pada pergi. Tinggal satu, dan dia yang menguasai rumah itu. Maka aku pergi kesini, bersama malam yang nampak lebih bersahabat " jawabnya.
" Terus, istri bapak dimana ?" lelaki itu ingin tahu.
" Istriku..aku mencintainya " kata lelaki tua itu.
" Bapak tidak ingin menjumpainya juga ?"
" Aku sangat mencintai istriku " Ia menggumam dengan nada yg sama.
Pria tua itu kemudian menunduk. Ada gurat sedih di kerut wajahnya.Lelaki muda itupun tak berani melanjutkan pertanyaannya, sebab ia menyangka istri bapak itu telah mati. " maaf..." hanya itu gumam lirihnya.
" Kamu sudah punya istri ?" bapak itu balik bertanya.
" Belum, tapi aku sudah menginginkannya " jawabnya.
" Kenapa belum menikah juga ?"
" Mungkin belum ketemu, pak..sebab aku ingin hidup dgn wanita yang benar-benar mencintaiku, dan aku cintai pula. Mungkin menikah itu mudah, tapi tidak gampang pula. Dalam gambaranku, aku ingin punya istri dan anak-anak yang selalu ingin dekat, dan merindukanku disaat aku jauh."
"oh.." bapak itu mengangguk lagi.
" Pada saat bapak menikah, apa yang bapak rasakan ? "pemuda itu bertanya.
" Yang jelas aku bahagia. Sangat bahagia. Sebab istri yang kupilih adalah wanita paling ideal dalam pikiranku. Akupun punya gambaran yg sama sepertimu sebelum menikah. Hidup bersama. Saling mencinta. Punya anak yang manis dan baik-baik. Bahagia sampai akhir hidup kami. Pernikahankupun sebenarnya pernikahan yang bahagia. Kami dikaruniai 4 anak, dan semuanya baik-baik. Aku mencintai istriku, juga anak-anakku. Kami semua saling mencinta, saling memberi perhatian. Selama kami hidup bersama, hampir tak ada masalah yang berarti. Sampai pada satu titik kami harus menerima kenyataan, bahwa cinta tak selalu harus bersama."
" Oh...maaf kalau saya mengingatkan bapak pada luka lama "
" Oh tidak...aku tidak punya luka lama. Justru aku punya kenangan indah. Aku mencintai istriku, juga anak-anakku. Karena itulah aku disini, sebab aku merasa bisa bersama istri ". kata bapak itu.
Lelaki muda itupun diam sebentar. Ia tak ingin bapak itu merasa sedih. Namun rasa ingin tahu membuatnya ingin bertanya lagi.
" sebelumnya mohon maaf, tapi kalau boleh tahu...kapan istri bapak itu meninggal ?"
Bapak tua itu kelihatan tergagap. Ia seperti terbangun, dan menatap pemuda itu.
" Meninggal ?...siapa bilang istriku meninggal ?" bapak itu balik bertanya.
" Oh..jadi dia masih ada ya ?" tanyanya lagi.
Bapak itu mengangguk.
" Lantas..dimana istri bapak sekarang ?"
" Dia ada disini, menurutku...meskipun tidak " jawab bapak itu.
" Maksudnya, tinggal dimana dia ? "
" Dia ada dirumahnya. Dia sedang memikirkanku juga nampaknya " jawab bapak itu.
" Lalu kenapa bapak tidak menjenguknya ?"
" Aku tidak bisa, sebab aku mencintainya " jawab bapak itu lagi.
Lelaki muda itu terlihat bingung. Ia tak mengerti apa yang dimaksud bapak itu.
" Begini... sebenarnya kami telah bercerai " bapak itu melanjutkan, setelah tahu pemuda itu mulai bingung.
" Oh...tetapi kenapa pula harus bercerai kalau masih saling mencinta ?"
" Kami masih saling mencintai, itu betul. Kami adalah dua pribadi yang mempunyai sifat dan perwatakan yang sama. Aku sabar. Aku suka mengalah. Istriku juga. Tapi justru itu yang mungkin membuat kami harus berpisah. Permasalahan sebenarnya bukan dari kami. Namun keberadaan lingkungan dan keluarga yang mebuat kami harus saling mengalah. Aku tak bisa cerita disini, sebab masalah pribadi. Yang jelas, aku harus mengalah demi kebaikan dan cinta kami. Istrikupun juga. Ia mengambil sikap yg sama demi aku yg mengalah krn dia. Maka kamipun sama-sama mundur. Kami bercerai. Dan saat ketika aku akan pergi, aku sempat berbisik " Aku sangat mencintaimu, juga anak-anak kita "
" Kamu masih muda, dan aku telah ada pengalaman. Mungkin aku lebih bisa bercerita, bahwa alangkah indah ada orang yang dikasihi. Alangkah senang hidup ini kalau kita bisa sama-sama bisa mengerti. Cinta tidak harus bisa selalu bersama. Ketulusan hati itu lebih penting daripada sekedar jajaran kata. Hidup ini tidak lama. Namun kerendahan hati, ketulusan, dan amal baik akan masih selalu hidup lebih abadi. Maka janganlah matamu tertutup hanya pada apa yang kau lihat saat ini, tapi bukalah juga mata hati, sebab itu yang bisa membuat kau bisa merasa hidup lebih lama."
" Akupun juga bisa cerita, bahwa perbedaan itu kadang perlu. Sebab perbedaan pada satu titik, bisa membuat kita lebih bersatu. Jangan takut kalau suatu saat ada ketidaksamaan pandangan, baik dengan teman, rekan kerja, keluarga ataupun istri. Hadapilah dengan kedewasaan, kepala dingin dan akal sehat. Semua akan baik-baik saja. Hal itu wajar, sebab Tuhan menciptakan manusia dalam perbedaan. Justru dengan kesamaan yang berlebihan akan membuat hidup ini terasa stagnan, monoton dan tidak berwarna. Itulah pula yang mungkin membuat aku harus berpisah dengan istriku. Maka bersiaplah. Kamu masih muda, masih punya cita-cita, masih ada kesempatan mengubah hidup agar lebih mempunyai makna."
Lelaki muda itu hanya mengangguk. Ia mengerti yang dimaksud bapak itu.
" Saya mengerti, pak..anda betul. Namun seandainya aku punya istri nanti, aku ingin kami selalu saling mengerti, menjaga dan selalu bersama. Aku ingin istriku adalah wanita yang bisa kuajak hidup sampai mati. Sebab dalam bayanganku, sungguh indah hidup ini jika ada yang dicinta, diajak bicara dan dipeluk penuh hangat. Aku tak ingin bercerai, sebab istriku nanti adalah satu-satunya wanita dalam hidup. Aku tak ingin kehilangan dia, baik fisik ataupun jiwanya " kata lelaki muda itu.
" Ya..kamu juga betul. Kamu punya keinginan yang baik. Kamu punya cita-cita yang indah. Kamu juga punya hati yang bersih nampaknya. Hanya mungkin kamu belum mengalami realitas yang sebenarnya. Maka tetaplah berusaha. Carilah apa yang ada dalam setiap harapanmu. Meski dalam kesulitan apapun sekarang, engkaupun masih bisa."
" Terima kasih pak. Saya senang bertemu bapak malam ini."
Malam semakin larut. Hawa dingin dan semakin sepi. Lelaki itupun memohon pamit. Namun sebelum beranjak, bapak itu menggamit tangannya dan berkata lagi " Sebelum pergi, kaupun telah tahu, bahwa aku mencintai istriku, juga anak-anakku "
" Iya pak, akupun akan selalu mencintai bakal istriku ".




@ Missouri, bersama langit yang mendengarkan.

====================Ketika kau fahami bahwa hidup ini untuk satu tujuan, dan ketika kau mengerti bahwa tujuan itu adalah inti dari kehidupan, maka engkau akan temukan makna dan kesejukannya.
 
posted by nasindo at 2:26 AM | Permalink |


3 Comments:


  • At 12:55 AM, Anonymous Anonymous

    panjang yaaa.. :D

    kamu yg mana, nas?
    udah nikahkah dirimu pun?

    :)

     
  • At 3:34 AM, Blogger nasindo

    coba tebak aku yang mana ?...hehehe

     
  • At 5:00 AM, Blogger wafasolo

    kudu di woco bolak balik supoyone mudeng yo nas