Wednesday, July 27, 2005
Aku dan bebek

Aku dan bebek saat nikmati indahnya hari. Senang... itu tentu. Namun aku masih terbelenggu pada wacana hari esok, sedang mereka masih tetap akan nikmati hari sebagaimana hari itu. Ahh bebek...kau membuatku cemburu.

>>>>> >>>>> >>>>>

Spring yang indah, dan akupun ingin menikmati jalan-jalannya. Langit cerah, udara bersih, matahari tidak tampakkan panas sengatnya. Kuncup-kuncup mulai tumbuh, bunga-bunga semakin berwarna, burung-burungpun nampak anggun pada gemulai ranting hijau. Kemudian yang mencuri hatiku adalah segarnya air dan panoramanya, pada sebuah tempat disudut kota. Pohon-pohon disekeliling sungguh menawan juga, tampak berwarna. Dan air mancur itu menambah sempurnanya gemulai pagi ini. Aku berhenti, duduk disebuah sisi air itu. Ikannya kecil-kecil, dan hanya sekali dua mengintipku dari balik batu. Mungkin ingin menyapaku, tapi malu ( maklum, aku kan keren...hehehek ).
Tiba-tiba aku dengar gelak tawa dari balik bebatuan disebelah air mancur itu, riang terdengar. Namun bukan tawa dari mahluk sejenisku, sebab mereka adalah para bebek sedang bergurau, mandi dan sesekali mencari ikan. Akupun tertarik, dan ingin tertawa juga. Sebab keperluanku kesini adalah mencari segarnya jiwa, cerahnya diri, tutupi hati yang sebenarnya gelisah. Aku dekati mereka, namun mereka lari. Mungkin dikira aku ini penjahat yang mau merampok, membunuh atau memperkosa wanita-wanita mereka. Padahal aku datang untuk berbagi damai. Maka akupun lemparkan roti, bermaksud agar mereka tahu bahwa aku sebenarnya baek. Namun mereka masih nampak tidak berani, sebelum putra-putra mereka mempelopori perebutan roti-roti itu.
Lantas merekapun tahu bahwa aku ini sebenarnya teman. Kitapun menjadi akrab, meski roti yang sebenarnya jatah sarapanku itu sebagian besar mereka santap, tanpa satupun mengerti bahwa sebenarnya aku juga masih lapar.
Kamipun bicara, meski dengan ketidaksamaan budaya. Beda bahasa bukan berarti kami tidak pernah bisa saling mengerti. Namun hati kami yang berbicara. Damai kami. Ceria kami. Dan gelisah yang kubawa dari dunia yang berbeda, mereka lepas dengan canda-tawa yang bergulir bersama air dan kelopak ikannya.
Aku tidak mengerti bahasa mereka, namun seumpama bisa aku ucapkan, mungkin ini terjemahannya.
>>>>> >>>>> >>>>>
Saat aku mendekat, dan ingin memperkenalkan diri...
" Bubar...bubar...ada mahluk tak diundang ! " mereka teriak sambil menyebar.
Maka ketika aku taburkan roti itu, putra-putra mereka berlarian memperebutkannya. Anak-anak itu bahkan senang dengan kehadiranku ( atau kehadiran rotiku ya ? ). Sebegitu baeknya aku pada anak-anak itu, orang tua mereka lantas berani mendekat, dan bersedia menjabat tanganku, satu-satu.
" Apa kabar, kawan ?" sapaku. " Baeek..." jawab mereka, hampir serentak.
" Namaku nas, aku senang melihat kalian gembira " kataku. " Hahaha..." mereka hanya tertawa.
" Aku ingin seperti kalian, selalu lepas tanpa beban " lanjutku. " Hahaha..." mereka tertawa lagi.
" Memang kamu tukang batu ya...atau kuli pasir ? " kata bebek hitam, lugu.
" Bukan begitu, maksudku lepas tanpa beban pikiran " jawabku.
" Oooo...kalau kami memang nggak biasa mikir " katanya.
" Iya, sebab kamu nggak punya pikiran " celetuk bebek putih, sekenanya.
" Ya kamu jugalaah, kita kan bebek..." bebek hitam membela.
" Sesama bebek dilarang saling mbebeki !" sela bebek coklat, tiba-tiba.
" hihihi..." akupun mringis sendiri. " Kalian nggak pernah susah ya ?" lanjutku.
" kalau musim gini sih nggak susah, kalau musim kawin tuh kadang susah juga " bebek hitam, menjelaskan.
" Kenapa ? kan malah enak bisa saling kawin " tanyaku.
" Kawinnya sih enak, ngajak kawinnya tuh yang kadang sulit " katanya.
" Sulitnya ?" tanyaku lagi.
" Kan ada bebek yang jual mahal, ada pula yang malu-malu bebek. Susahnya lagi kalau saling rebutan, bisa berantem kita " jelasnya.
" Iya, apalagi elu, udah item, jontor lagi " goda si putih.
" Emang elu nggak jontor ? " sergah si hitam.
" Ya samalaah...tapi kan elu jontoran dikit " bela si putih.
" Ah...sesama jontor dilarang saling menjontori " kataku, sambil tertawa.
" Hahaha...."
" Kalian memang selalu gembira kawan, pantas nggak ada yang kelihatan tua " kataku.
" Ah kamu gaya, man...bebek kan nggak ada uban, nggak keriput juga. Cuman keras saja pahanya kalo sudah tua " kata si hitam.
" Hahaha..."
" Terus, siapa ya yang dianggap paling tua disini ? " tanyaku.
" Itu tuh, yang sedang mengeringkan badan " jawab si hitam, sambil menunjuk bebek dipinggiran air, yang tampak tenang berdiam diri.
Aku dekati, lantas kusapa " Selamat pagi ".
" Selamat pagi " sambutnya.
" Aku lihat kalian selalu riang " kataku.
" Itulah kami, yang s'lalu menjadi kami " jawabnya.
" Maksudnya ? " tanyaku.
" Maksudnya adalah kami tak pernah ingin menjadi orang lain. Tak ada ambisi untuk memiliki apa yang orang lain bisa lebih miliki. Tak ada nafsu untuk mendapat lebih dari apa yang telah ada pada kami. Tak ada gambaran tentang bagaimana hidup ini. Tak ada beban untuk bagaimana hari esok. Prinsip kami adalah hidup dan menjalaninya, berenang dan makan, tertawa seadanya. Kami sederhana. Kami tak ada pikiran apa-apa."
" Manusia penuh dengan rasa bingung. Kebingungan muncul dr masalah yg melingkari. Masalah timbul dari nafsu mereka sendiri. Dan nafsu tidak ada yang bisa mengendalikan, selain manusia secara pribadi. Mereka tak pernah ada rasa puas. Mereka s'lalu ingin merasa lebih, dan masih ingin lebih dari yang telah lebih. Mereka berfikir untuk bisa sempurna, meski mereka faham bahwa tidak ada diduniapun yang sempurna. Mereka punya kelebihan dalam berfikir dan memiliki martabat, namun nafsu dan bujukannya adalah kelemahan besar yang menghancurkan. Manusia seringkali tidak bisa mengendalikan diri, dan ini adalah kunci dari berarti-tidaknya hidup yang dimiliki. Mereka tidak akan bisa tertawa lepas, seperti kami, yang s'lalu bersahabat dengan air dan bumi."
" Anda tahu apa yang akan terjadi hari esok ? " tanyanya.
" Tidak " jawabku singkat.
" Bukankah anda punya pikiran, rencana, hitungan, dan prinsip untuk mengubah hari esok lebih baik dari hari kemarin ? " tanyanya.
" Iya, ada " jawabku, singkat lagi.
" Nah, kami tidak ada pikiran atau semua rencana seperti yang anda miliki. Tapi kami sudah tahu bahwa hari ini akan sama indahnya dengan hari esok " jelasnya.
" Iya, sungguh menyenangkan " balasku.
" Maka, nikmatilah hari ini, sebab esok anda akan kembali pada kegelisahan anda "
" Hehehe..." aku hanya tersenyum lirih.

Kita punya garis yang berbeda dalam hidup, namun bebek-bebek itu telah membuat aku cemburu.

>>>>> >>>>> >>>>>

Spring yang indah, paling tidak aku masih merasakan nikmatnya.


@ Missouri, last spring



nas
 
posted by nasindo at 4:41 AM | Permalink |


0 Comments: