Tuesday, June 27, 2006
Another lonely night
And I look up on the stars
And found the brightest pair
The ones I could compare to your eyes
And then as nightfall turn to day
I watched them fade away…

Another lonely night…
 
posted by nasindo at 7:44 AM | Permalink | 5 comments
Thursday, June 15, 2006
Jiwa Yang Tersembunyi
Jika orang lain berkata," Wahai betapa bening dan lentik mata wanita itu ", maka aku akan berkata," Mata itu benar-benar bening dan bersinar indah. Duhai betapa mulia jiwa yang tersembunyi di balik sinar mata itu."

~Sanctuary~
 
posted by nasindo at 7:45 AM | Permalink | 3 comments
Airmata Sunyi 2
Temaram menemani malam yang saat ini terjalani sendiri. Kesenyapan terlukis di lingkar langit yang sedang menyimpan mendung dan bulan sabit.
Sebuah bangku dipelataran, daun yang mulai mengembun, jalan tak lagi ramai, dan tembok yang selalu membisu, lantas tersandar mereguk sepi disela hening langit-langit malam. Sebotol air bersih memberi segar pada dahaga. Sebatang keretek terselip disela jari memberi asap sekali-dua. Dan suara binatang malam kemudian ternikmati begitu syahdu.
Malam ini hening, sendiri, bersama hati yang menyimpan sunyi.
Lelaki lewatkan malam bersama kekasih yang tersimpan disetiap bilik perasaannya. Kedekatan tak juga sanggup terlepas, meski kadang tersadar, bahwa kekasih tak juga ada didalam dekap.
“ Adik, selamat malam….”
Saat ini tak begitu dingin. Panaspun tidak. Aku merasakan keindahan karuniaNya bersama sepi. Tidak sempurna rasanya, sebab hasratku masih tetap ingin bersama keberadaanmu, nikmati bulan, pandangi langit, mencerita tentang kisi-kisi malam sampai ke negeri bintang pagi. Namun kau tak disini, adik…tak bisa kulukiskan betapa kedamaian malam ini begitu merinduimu. Tak bisa juga kujelaskan mendesaknya keinginanku untuk memberimu kehangatan dengan cerita-cerita malam seribu bintang. Aku hanya bisa menyeduh senyapnya kini dengan kesendirian yang kupejam, disini.
Tapi biarlah, adik. Ketidakbisaanku memelukmu tetaplah sebuah ketidaksanggupan manusia tak sempurna. Keinginanku tetaplah sebagai hasrat sekelumit mimpi. Sebab akupun tak bisa juga paksakan kehendak pada kemauan langit yang memberi jarak kepadamu.
Maka biarkan juga bila kelopak batinku tetap berbisik ‘ kau tak disini…namun kau selalu disini ‘.
Aku terdiam. Fikiran jauh mengembara. Mulut masih juga tetap mengatup. Hanya hati yang sempat sanggup berbisik :
Angin…sentuhlah bibirku. Bawalah nafasku. Lantas terbanglah ketempat dimana kekasihku sedang sendiri. Kecupkan bibirku dikeningnya. Hembuskan nafasku di semenanjung hatinya. Dan manakala bisikan yang tersimpan telah sanggup terungkap, semoga kau dengar lewat sentuhannya.
“ Hatiku…aku rindu sekali padamu. Entah kenapa batinku masih menyimpan bara. Keutuhannya masih juga sama, aku mencintaimu “.
“ Kaupun tetap seperti saat kutemukan dulu. Terlihat indah di keelokan hati, seperti bunga diawal musim semi. Keterpisahan tak terharap bukanlah pengubah rasa. Perjalanan waktu tak juga memberi peluang untuk melupakan. Sebab cinta yang kuberi sepenuh hatiku telah kau balas dengan ketulusan yang kau hidupkan. Kasihmupun tetap kau jaga meski perjalanan kita sempat tercabik. Dalam luka, dalam duka, dalam jiwa yang kadang tersayat, kaupun masih juga tetap menggugah agar aku tetap tersenyum. Dan maafkan jika kemudian aku tak bisa meninggalkanmu.”
“Cintaku,…masihkah juga kau simpan secuil rindu ? masih jugakah kau rasa kedekatan yang dulu ? Jikalaupun tidak, aku bisa mengerti, sebab kaupun masih menyisa hati yang terluka. Akupun luruh. Akupun jatuh oleh peristiwa dan peristiwa. Namun aku berusaha kembali berdiri, untuk bisa mengajakmu nikmati damainya perjalanan malam, melihat warna pintu-pintu surga, memberimu syahdu, memberimu haru, memberimu rasa yang kita tak bisa cerita “.
“ Adik…maafkan aku. Maafkan rindu-rinduku. Maafkan juga jika aku masih tak sanggup melupakanmu “.
**
Kunang-kunang mengerlip dimata yang mulai mengantuk. Malampun merambat mendekati awal subuh. Kemudian teringat kata kekasih, “ kak, tidurlah…jaga kesehatanmu “.
Tersenyum, dan perhatian itu tetap mencipta senyum.
“ Ya, adik…aku akan tidur. Izinkan juga jika aku mencium hatimu “.

Beranjak dari bangku yang semakin terasa sepi. Berat rasanya, sebab batin masih lirih merintih.
Airmata mengendap di kesunyian…tentang kekasih yang selalu dirindui.

Ik hou van jou.

--------------
 
posted by nasindo at 1:46 AM | Permalink | 9 comments