Thursday, June 15, 2006
Airmata Sunyi 2
Temaram menemani malam yang saat ini terjalani sendiri. Kesenyapan terlukis di lingkar langit yang sedang menyimpan mendung dan bulan sabit.
Sebuah bangku dipelataran, daun yang mulai mengembun, jalan tak lagi ramai, dan tembok yang selalu membisu, lantas tersandar mereguk sepi disela hening langit-langit malam. Sebotol air bersih memberi segar pada dahaga. Sebatang keretek terselip disela jari memberi asap sekali-dua. Dan suara binatang malam kemudian ternikmati begitu syahdu.
Malam ini hening, sendiri, bersama hati yang menyimpan sunyi.
Lelaki lewatkan malam bersama kekasih yang tersimpan disetiap bilik perasaannya. Kedekatan tak juga sanggup terlepas, meski kadang tersadar, bahwa kekasih tak juga ada didalam dekap.
“ Adik, selamat malam….”
Saat ini tak begitu dingin. Panaspun tidak. Aku merasakan keindahan karuniaNya bersama sepi. Tidak sempurna rasanya, sebab hasratku masih tetap ingin bersama keberadaanmu, nikmati bulan, pandangi langit, mencerita tentang kisi-kisi malam sampai ke negeri bintang pagi. Namun kau tak disini, adik…tak bisa kulukiskan betapa kedamaian malam ini begitu merinduimu. Tak bisa juga kujelaskan mendesaknya keinginanku untuk memberimu kehangatan dengan cerita-cerita malam seribu bintang. Aku hanya bisa menyeduh senyapnya kini dengan kesendirian yang kupejam, disini.
Tapi biarlah, adik. Ketidakbisaanku memelukmu tetaplah sebuah ketidaksanggupan manusia tak sempurna. Keinginanku tetaplah sebagai hasrat sekelumit mimpi. Sebab akupun tak bisa juga paksakan kehendak pada kemauan langit yang memberi jarak kepadamu.
Maka biarkan juga bila kelopak batinku tetap berbisik ‘ kau tak disini…namun kau selalu disini ‘.
Aku terdiam. Fikiran jauh mengembara. Mulut masih juga tetap mengatup. Hanya hati yang sempat sanggup berbisik :
Angin…sentuhlah bibirku. Bawalah nafasku. Lantas terbanglah ketempat dimana kekasihku sedang sendiri. Kecupkan bibirku dikeningnya. Hembuskan nafasku di semenanjung hatinya. Dan manakala bisikan yang tersimpan telah sanggup terungkap, semoga kau dengar lewat sentuhannya.
“ Hatiku…aku rindu sekali padamu. Entah kenapa batinku masih menyimpan bara. Keutuhannya masih juga sama, aku mencintaimu “.
“ Kaupun tetap seperti saat kutemukan dulu. Terlihat indah di keelokan hati, seperti bunga diawal musim semi. Keterpisahan tak terharap bukanlah pengubah rasa. Perjalanan waktu tak juga memberi peluang untuk melupakan. Sebab cinta yang kuberi sepenuh hatiku telah kau balas dengan ketulusan yang kau hidupkan. Kasihmupun tetap kau jaga meski perjalanan kita sempat tercabik. Dalam luka, dalam duka, dalam jiwa yang kadang tersayat, kaupun masih juga tetap menggugah agar aku tetap tersenyum. Dan maafkan jika kemudian aku tak bisa meninggalkanmu.”
“Cintaku,…masihkah juga kau simpan secuil rindu ? masih jugakah kau rasa kedekatan yang dulu ? Jikalaupun tidak, aku bisa mengerti, sebab kaupun masih menyisa hati yang terluka. Akupun luruh. Akupun jatuh oleh peristiwa dan peristiwa. Namun aku berusaha kembali berdiri, untuk bisa mengajakmu nikmati damainya perjalanan malam, melihat warna pintu-pintu surga, memberimu syahdu, memberimu haru, memberimu rasa yang kita tak bisa cerita “.
“ Adik…maafkan aku. Maafkan rindu-rinduku. Maafkan juga jika aku masih tak sanggup melupakanmu “.
**
Kunang-kunang mengerlip dimata yang mulai mengantuk. Malampun merambat mendekati awal subuh. Kemudian teringat kata kekasih, “ kak, tidurlah…jaga kesehatanmu “.
Tersenyum, dan perhatian itu tetap mencipta senyum.
“ Ya, adik…aku akan tidur. Izinkan juga jika aku mencium hatimu “.

Beranjak dari bangku yang semakin terasa sepi. Berat rasanya, sebab batin masih lirih merintih.
Airmata mengendap di kesunyian…tentang kekasih yang selalu dirindui.

Ik hou van jou.

--------------
 
posted by nasindo at 1:46 AM | Permalink |


9 Comments:


  • At 1:59 AM, Anonymous Anonymous

    Jangan melihat kertas-kertas yang telah berubah warnanya, huruf-hurufnya yang membingungkan, dan tulisannnya yang sudah suram. Engkau akan menyedari bahawa tulisan itu bukanlah tulisan yang terbaik yang pernah engkau tulis. Dan kertas itu bukan kertas terakhir yang engkau tuliskan. Engkau harus membezakan antara orang yang meletakkan tulisanmu di matanya dengan orang yang menyerahkannya pada angin. Tulisan ini tidak hanya ucapan indah yang berlalu begitu saja, akan tetapi dia adalah perasaan hati yang hidup pada setiap hurufnya, menggoncangkan denyut jantung orang yang membawanya dengan penuh kesabaran, dan membakar kepiluannya dengan api.

    Jangan bersedih sekiranya orang yang selama ini dekat denganmu menghunjamkan anak panah ke tubuhmu. Kerana nanti engkau akan mendapatkan orang lain yang akan mencabutkan anak panah tersebut, mengubati lukamu dan mengembalikan kehidupan dan senyumanmu.

    senyumlah.....maka harimu akan terasa lebih indah.....

     
  • At 2:05 AM, Anonymous Anonymous

    Jangan melihat kertas-kertas yang telah berubah warnanya, huruf-hurufnya yang membingungkan, dan tulisannnya yang sudah suram. Engkau akan menyedari bahawa tulisan itu bukanlah tulisan yang terbaik yang pernah engkau tulis. Dan kertas itu bukan kertas terakhir yang engkau tuliskan. Engkau harus membezakan antara orang yang meletakkan tulisanmu di matanya dengan orang yang menyerahkannya pada angin. Tulisan ini tidak hanya ucapan indah yang berlalu begitu saja, akan tetapi dia adalah perasaan hati yang hidup pada setiap hurufnya, menggoncangkan denyut jantung orang yang membawanya dengan penuh kesabaran, dan membakar kepiluannya dengan api.

    senyumlah.....maka harimu akan terasa lebih indah

     
  • At 2:28 AM, Blogger nasindo

    Keelokan hati manusia adalah kebisaannya menjaga ketulusan. Kehilangan bukan juga sekedar berarti kehilangan, namun makna yang terambil sebagai kekuatan lebih baiknya masa depan.
    Terima kasih, commentnya sanggup meringankan tangan membalik kertas ke lembar yang seharusnya.

     
  • At 2:38 AM, Anonymous Anonymous

    hidup kita ini terdiri dari berbagai
    episode
    yang tidak monoton. Kenangilah perjalanan hidup ini, ambilah
    kearifan dari
    setiap episode yang sudah kita lalui. Kenanglah dengan kelapangan
    dada,
    dinginnya emosi, dan keikhlasan. Tidak ada gunanya menyelimuti
    kenyataan
    hidup ini dengan keluh kesah..dan kesedihan Itupun tidak menyelesaikan masalah,
    bahkan
    menambah luka yang kita alami. Tetapi atasi dengan hati yang ridha,
    sehingga kita menikmati setiap episode hidup kita sambil berikhtiar
    memperbaiki kenyataan pada jalan yang Allah ridhai. Wallahu'alam bish
    shawab

     
  • At 2:43 AM, Anonymous Anonymous

    Melepaskan seseorang yang kita cintai dan menerima bahwa ia tak lagi

    ingin bersama kita memang menyakitkan. Tetapi hati kita akan sembuh;

    hanya berbeda-beda kadar waktunya. Ingatlah, sebelum berpacaran,

    Anda pernah menjalani hidup tanpa dia, jadi tak ada bedanya

    sekarang.

    You just need to be strong, and hang on....

    always of the best nas...

     
  • At 2:49 AM, Blogger nasindo

    Episode menyakitkan adalah saat kita sedang terjatuh. Moment yang meletihkan adalah saat kita mencoba bangkit.
    Dan memang episode terbaik adalah manakala kita ikhlas menemukan jalan keridhaanNya.

     
  • At 2:56 AM, Anonymous Anonymous

    kebahagiaan belum bisa kita rasakan dgn begitu indah tanpa kita merasakan hal yg menyakitkan...hidup ini sudah ditakdirkan berpasang2an..ada sedih pasti ada bahagia...ada saat letih maka ada saat menggembirakan....kita pasti akan mengalaminya...

    Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam
    kerugian,
    kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
    nasehat-menasehati supaya menaati kebenaran dan nasehat-menasehati
    supaya
    menetapi kesabaran.

     
  • At 3:16 AM, Blogger nasindo

    ya,...guna sahabat adalah saling memberi isi dan masukan.

     
  • At 3:24 AM, Anonymous Anonymous

    seneng liat pelangi? gw suka pelangi....
    liat aja pelangi kalo lagi sedih.. kalo pelangi-nya gak ada..you just imagine..ok!
    (jelek amat comment-nya..sorry)