Tuesday, May 09, 2006
Airmata Sunyi
Desah panjang dihati gelisah. Gurat nadi seperti tersendat. Dan… masih juga terasa pedih.
Dimeja dekat jendela, malampun semakin sepi…
“ Adik…selamat malam ”
“ Aku masih tak sanggup menahan getir. Peristiwa-peristiwa telah mencederai kita. Aku seperti lunglai lagi. ”
“ Selama ini kita telah bisa menepis gejolak yang menyudutkan. Aku telah berusaha kuat, kaupun mengerti. Namun sedemikian hebat, akupun terjatuh. Kau terluka. Akupun memendam sakit sebegitu dalam. ”
“ Peristiwa mengiris hati sepertinya sulit tersembuhkan. Kau yang begitu dekat kemudian harus membenci. Aku tak bisa salahkan, sebab kau tentu terluka. Sebuah kisah lama, satu kekhilafan yang seharusnya telah terhapus, harus terbaca lagi. Ketulusan kemudian berbalik sebagai benci. ”
“ Namun aku tidak, adik. Aku tidak membencimu. Sejauh apapun ketidak-mampuanmu menerimaku kembali, aku akan tetap menyimpan kasih. Goresan hati yang tulus kau beri, telah terpahat disisi terbaik. Kau itu, aku tak sanggup melepas. Meski jalan telah dianggap tak tersambung lagi, kau ada dan tersimpan disini, didalam hati “.
“ Tidak adik. Tidak akan. Kamu tidak akan aku biarkan pergi. Seandainyapun tak sanggup aku menyentuh, kau tetap kupeluk dikesungguhan hati. Kau telah memberiku rasa, ketulusan jiwa. Hanya mungkin ketidak-tahuan membelokkan kesungguhaan-kesungguhan, dan engkaupun pergi, tinggalkan lukisan indah penyejuk jiwa, disini, tetap dihati “.
“ Seandainya sempat kau katakan ‘ Kak, lupakan aku ’, akan tegas kujawab ‘ Tidak, adik…tidak. Apa manfaatnya ? Kau tak pantas untuk dilupakan. Tak pantas disisihkan. Aku tetap memberimu tempat disudut hati. Menjagamu untuk tetap hidup sebagai cinta yang selalu kupeluk. Meski hanya rindu yang kemudian aku pendam, perasaanku tetap sama, bahwa kau kekasihku.”
“ Saat ini, adik…seandainyapun kau disini, aku peluk dalam kehangatan. Aku kecup dengan rasa sepenuh hati. Aku dekap untuk tak dilepas lagi. Aku ingin memberimu kasih, cinta yang sungguh-sungguh. Seandainyapun bisa, aku ingin mengajakmu nikmati indahnya jalan-jalan surga. Memetikkanmu bunga terindah. Memberikanmu boneka tercantik.”
“ Adik, aku menangis…aku tak tahan,…aku tak sanggup. Pikiranku hampa setelah aku tersadar, bahwa kau tidak disini. Hanya yang perlu kau ingat, aku tidak akan meninggalkanmu.”

“ Sudah ya, adik. Baik-baiklah kamu. Jangan pikirkan apa yang pernah menjadikanmu terluka. Jangan juga menangis lagi. Aku tak sanggup jika kau sedih. Sebab sedihmu adalah airmataku.”
=====
Pada meja dekat jendela,…malam semakin larut.
Tangan lunglai, tatapan kosong lagi. Pekik lirih tersendat diujung sunyi.
Matahariku telah pergi. Sayapku patah. Hatiku retak. Mataku mengatup. Airmata mengalir, sunyi…dan sepertinya tak sanggup berhenti.

L.G... Ik hou van jou.
 
posted by nasindo at 2:00 AM | Permalink |


3 Comments:


  • At 3:10 AM, Anonymous Anonymous

    waks. LG di londo ta? :lol:

     
  • At 7:45 AM, Blogger nasindo

    hehehe sa :). apakabar nih ? laa tak sua.

     
  • At 9:22 PM, Anonymous Anonymous

    Tak selamanya cinta itu berarti memiliki...
    Ibarat Qalbumu...yang bebas bergerak tanpa bisa kau cegah...
    Kenapa? Karena ia hidup sebagaimana arus air yang mengalir...
    Engkau saja tak dapat memiliki hatimu, apalagi kepunyaan orang lain?
    Yang berhak memilikinya adalah Allah...

    wahai sahabat...
    Bukankah sesuatu yang sulit kau mendapatkannya sulit pula untuk kau lepaskan?
    Demikianlah seseorang itu di hatimu...
    Bukankah Kasih tak sampai benteng dirimu untuk senantiasa menjaga kesucianmu?
    Terutama Qalbumu...(Yang senantiasa wajib kau jaga kesuciannya)..

    Karena itulah...
    Kasih Tak Sampai merupakan cermin bagimu ...
    untuk mengerti arti Cinta Sejati yang sesungguhnya, yaitu
    Cinta Illahi Rabbi...yang jika kau mencintai Nya
    Engkau takan kecewa...
    Karena janjiNya tepat dan kasih sayangNYa tulus untukmu...

    always of the best.....