Kubukakan pintu sesaat setelah seseorang mengetuknya dari luar. Dan sahabat yang kukenal baik berdiri disana, dengan sapu tangan merah diikatkan dikepala. Dia tersenyum, memberi salam selamat sore. Tapi aku tahu bahwa dia sedang sedikit mabuk. Dan akupun mengerti maksud kedatangannya, seperti kemarin-kemarin, pinjam uang buat beli beer atau marijuana.
Dalam hatiku ' kali ini aku tak akan meminjamimu uang '. Sebab sudah seminggu ini dia tidak bekeja, dan menghabiskan waktu dengan minum beer.
Kupersilahkan masuk kekamarku. Aku tawari minuman Es degan kalengan. Tapi dia minta beer. Aku bilang " Maaf, saya tidak minum beer". Kami ngobrol sebentar. Matanya sayu. Lantas dia mengeluh " Aku ingin kembali Salvador ".
" Why ? " tanyaku.
" I don't want to go on with this Sh#t, man " jawabnya.
Dia teman baikku. Berhenti kerja karena perselisihan antar teman, dan mungkin disikapi dengan kurang adil oleh atasan. Sangat disayangkan, sebab dia sebenarnya pekerja keras dan baik hati.
Aku sarankan dia untuk kembali bekerja, sebab Boss masih sangat menginginkannya.
" I don't know ", katanya lirih. Nampaknya dia sedang memendam pikiran yang kelihatan tertekan. Aku tak tahu, sebab aku juga menyimpan beban perasaan yang berat dengan permasalahanku sendiri.
" Kamu percaya dengan hal-hal seperti ini ? " tanyanya sambil menunjuk cincin di jari-jarinya.
" No " aku tak begitu faham apa yang dia maksud.
" Yang bisa memberimu keselamatan " katanya.
" No "
Lantas dia menunjuk tatto bergambar Jesus di bahu kanannya.
" Kamu percaya Tuhan jesus kan ? " tanyanya.
" Tidak. Aku percaya Jesus itu dekat sekali dengan Tuhan, tapi bukan Tuhan " jawabku.
" What ? kamu nggak percaya dia bisa memberimu keselamatan ? " tanyanya.
" Tidak. Tapi dia memang diutus sebagai penunjuk keselamatan " jawabku.
" Jadi kamu percaya Tuhan yang lain ya ? " lagi-lagi dia bertanya.
" Tidak. Tuhan itu satu. Tuhanku, Tuhanmu, Tuhannya jesus juga " jawabku.
" Tapi aku percaya bahwa jesus itu tuhan " katanya.
" Ya itu terserah kamu. Tapi begini, Tuhan itu tidak pernah menangis, tidak mengeluh, tidak merasakan sakit, tidak makan dan tidak minum. Dia itu maha besar, dan tidak bisa digambarkan bagaimana bentuk Tuhan " kataku.
" Jadi, seperti orang-orang cina itu ya, kamu menyembah Buddha ? " tanyanya lagi.
" Tidak. Buddha itu manusia biasa seperti aku, kamu dan juga Jesus. Tuhan itu yang menciptakan manusia, bumi dan seluruh alam raya ini. Buddha dan Jesus tidak bisa melakukannya, sebab mereka hanyalah manusia yang diciptakan atas kehendak Tuhan " jawabku.
" Aah...tau' ah. Tapi kamu percaya ini ? " tanyanya lagi sambil menunjuk cicin itu.
Kali ini aku mengerti, mungkin yang dia maksud adalah Jimat.
" Ya, aku percaya kalo itu cincin milik kamu " kataku.
" Cincin ini juga bisa memberi keselamatan lho " katanya.
" Oh ya ? "
" Ya. Kemarin, pagi sekali sekitar jam empat, aku jalan-jalan ke downtown. Aku takut sebab disana kan banyak orang hitam yang jahat. Selain itu aku juga takut polisi akan mencidukku, karena aku sedang mabuk " katanya.
" Kenapa kamu kesana pada jam sepagi itu ?" tanyaku.
" Aku kan stress " jawabnya.
" Oh gitu "
" Ya. Lalu aku berdo'a pada Jesus agar aku dilindungi. Maka akupun tiba dirumah dengan selamat, berkat jesus dan cincin ini " katanya.
" Gitu ya. Mungkin mereka lagi pada tidur hehehe "
Kemudian kami bicara2 ringan. Kadang dia ngelantur. Maklumlah, masih agak sedikit mabuk.
Ah...lantas aku ambil kamera, dan mengajaknya keluar rumah. Jalan-jalan. Biar hilang rasa gundahnya. Nikmati saja segar hawa di sore ini.
---
The neighborhood.
----
Daun-daun telah menguning di musim gugur ini. Pohon disamping rumah itu kelihatan seperti pohon api. Tapi beberapa hari lagi akan segera gundul, daunnya rontok. Kemudian dingin...dan semakin dingin.
Disamping rumah
Daun-daun di musim gugur.
The golden leaves.
Diujung halaman, ada seseorang yang telah menancapkan papan nama ' Mc Cain - Palin '. Saat ini Amerika sedang gencar2nya kampanye menjelang pemilu besuk. Dua kubu sedang panas-panasan. Tapi aku pikir, Mc Cain bakalan kalah. Obama will be the next president.
" The sky is just beautiful ". Aku lihat cahaya mega yang terpantul dari matahari yang perlahan terbenam. Akupun berlari kesamping rumah, kearah barat. Dan woww...langit begitu merah menyala. Seperti api yang sedang membakar langit.
Aku ambil beberapa shot, meski dengan setting yang kurang proper. Tergesa-gesa sih. Sebab moment itu akan hilang dalam beberapa menit.
Sungguh menyenangkan. Sangat megah. Betapa indah pemandangan anugerah Tuhan ini.
Allah memang Maha besar. Maha Perkasa. Maha Agung untuk segala-galanya.
Ya Allah...teima kasih.
-----
Kemudian kami kembali pulang, karena sinar matahari sudah mulai pudar.
" Indah sekali ya sore ini " kataku.
" Ya...sangat menyenangkan " kata temanku.
" Langit yang menyala tadi adalah ciptaan Tuhan. Pohon-pohon yang berwarna kuning itu juga ciptaan tuhan. Sangat indah sekali. Jesus tidak bisa menciptakannya. Sebab jesus adalah manusia biasa seperti kita" kataku.
Temanku itu hanya tersenyum, sambil terus berjalan menenteng tripodku. Sementara aku memainkan kamera, ada burung yang hinggap di balok itu.
Dan kami lanjutkan dengan bincang-bincang kecil...
" Terus...kamu juga harus kembali kerja. Kalo gini terus, gimana bisa survive ? " kataku.
" Mmm...ya. But i don't know where " jawabnya.
" Kembalilah ke bossmu. Dia masih sangat menginginkan kamu, sebab sebenarnya, kamu adalah pekerja yang sangat baik. Aku tahu ".
" Are you sure ? " katanya.
" Yes...I'm so sure "
" Mmm...maybe, I don't know " katanya.
" Okelah...ini kamera, coba pegang, dan ambil gambar saya " kataku sambil masih berusaha menghibur.
Kemudian aku pasang sedikit kamera setting, dengan focal length yang kira-kira proper agar bisa lebih tepat fokusnya. Pake flash sebagai fill, sebab hari sudah mulai gelap.
Photo by ; Ken
Tapi fokusnya masih kurang tepat, sebab dia terkadang masih maju mundur. Mungkin kepalanya masih puyeng...hehehe.