Saturday, July 30, 2005
Mobil roda dua

Mobil masa depan
nas

Indonesia sebenarnya negara kaya. Namun karena tidak bisa mengelola, maka menjadi miskin. Banyak sumber alam yang seharusnya bisa kita kelola sendiri. Namun kenapa justru banyak yang dikelola perusahaan-perusahaan asing ?. Manusia Indonesia juga sudah banyak yang pandai. Berpendidikan tinggi. banyak juga yang lulusan luar negeri. Namun kita masih terlihat bodoh.
Nah...ada apa dengan negeri ini ?
Sebuah pertanyaan yang sebenarnya jawabannya ada pada diri kita sendiri. Sebagai anak bangsa, sudah seharusnya kita lebih mengerti persoalan-prsoalan yang kita hadapi. Sebab kita mengalaminya sendiri. Namun nampaknya kita juga masih terlihat bingung, sebab permasalahan memang sedemikian kompleks dan berputar sebagai sebuah lingkaran setan. Kekeliruan pemerintahan masa lalu, mungkin sebagai salah satu penyebab. Namun kita tak bisa berhenti pada penyalahan-penyalahan itu. Problematik membutuhkan pemecahan, keresahan coba kita redakan dengan rasionalitas dan kepala dingin. Bangkitnya negeri ini ada ditangan mereka yang sadar akan pentingnya persatuan, loyalitas dan pola fikir yang lebih dewasa.
Selama ini, mungkin gambaran yang masih terlihat adalah bahwa kita masih emosional, berfikir pendek dan mengedepankan kepentingan individu. Masih suka bertengkar. Masih suka saling mencemooh. Masih suka memperebutkan sesuatu yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan baik. Keberadaan partai-partai atau golongan-golongan tertentu masih belum bisa menunjukkan kesadaran nasionalisme yang tinggi. Bahkan pecah dengan kepentingan mereka masing-masing. Cacian sudah menjadi hal biasa demi kedudukan. Lantas bagaimana bisa memperbaiki nasib bangsa kalau kita masih suka bertengkar dengan kawan sendiri ?. Sungguh, sikap itu seperti perilaku anak-anak jalanan.
Mentalitas dan cara berfikir sehat, ini yang nampaknya perlu diperbaiki.
Terlau banyak permasalahan bangsa ini. Mulai dari gempa bumi, tsunami, busung lapar, bom, korupsi, sampai pada masalah-masalah politik dengan segala ruwetnya. Semua seperti tak kunjung usai.
Akhir-akhir ini kita juga kekurangan stok bahan bakar. Masyarakat ribut karena khawatir aktifitas mereka terganggu. Antrean di banyak SPBU terlihat panjang. Bahkan banyak pedagang eceran yang menaikkan harga sampai jauh diatas normal. Pemerintahpun kelihatan bingung dalam hal ini. Presiden SBY berupaya mencari jalan keluar dengan menginstruksikan masyarakat untuk memakai BBM dalam jumlah terbatas. Para menteri juga menampakkan diri dengan memakai mobil-mobil yang lebih sederhana, meski masih ada yang 'ndablek' dengan kendaraan mewah ber-CC tinggi ( mungkin gengsi, menteri kok pakai kendaraan seperti masyarakat biasa ). Nah, bagaimana kalo nanti stok BBM benar-benar habis, sedang kita juga masih tetap miskin ? Alternatif apa yang efektif bisa kita terapkan ?. Pengadaan solar system tentu akan sangat mahal. Kita tentu tidak ingin mundur kembali seperti jaman dulu. Hanya dalam bayangan saya, atau dalam imajinasi yang terkadang gemas juga, Indonesia akan penuh dengan sepeda pancal, becak, dokar, gerobak dan sejenisnya. Untuk para menteri, pejabat atau siapapun yang merasa gengsi, mereka bisa memakai 'mobil roda dua' ( seperti gambar promosi diatas ). Mobil itu prinsipnya sama dengan becak, hanya saja rodanya dua. Tidak pake bensin sebab nggak punya tanki. Nah lo !
 
posted by nasindo at 7:04 PM | Permalink | 2 comments
Friday, July 29, 2005
Kecantikan

Kecantikan adalah anugerah, maka peliharalah
Link


nas

 
posted by nasindo at 10:06 AM | Permalink | 0 comments
Yang tak terlupa
Ada terlintas, sepenggal jalan, tentang dia yang telah pergi.

----------
Pagi, dan aku masih merasa segar. Semangatku masih ada pada ruas-ruas kecil jalan penghubung ruang kelas. Ramai saat itu, sepeti biasa ketika ada murid baru. Mataku, juga mata-mata yang lain, telah sibuk dengan aksi. Biasa, ada barang baru. Lantas ada berita dari kawan, tentang jelita menawan hati. Tak kupercaya, sebelum mataku tertegun pada seraut wajah dibalik jendela, yang sungguh...meluluhlantakkan hati setiap lelaki.
Pagi, dan aku masih selalu segar. Diruang parkir belakang sekolah, tanpa sengaja ada yang membuatku diam. Wajah itu memandangku saat aku menatapnya. Sejenak tak ada gerak, sampai pada senyum yang bisa membuatku pingsan. Darahku mengalir kencang. Pipiku merah. akupun salah tingkah saat dia melangkah pada ruang yang dituju.
Pagi, dan aku semakin merasa segar. Dipojok jalan antar ruang kelas, aku enggan bergegas sebelum kulihat wajah itu datang. Udara semakin terlihat jernih. Waktu
terasa sungguh berarti. Dia datang memberi senyum, pada hati yang selalu ingin tersenyum.
---
Ada saat ketika semuanya berubah. Aku yang pemalas, menjadi giat pada aktivitas yang semula aku enggani. Sebabnya satu, dia ada disana. Lantas akupun sering berkunjung dengan alasan apa saja. Tentang belajar, aktivitas, ataupun hanya sebagai teman. Namun hati ini kemudian tak bisa menipu, bahwa aku sungguh menyukai dia. Ingin kuucap gejolak hati, tiada kata tercipta juga. Sampai beberapa lama, disaat aku harus beranikan diri.
Sore, matahari baru tenggelam. Segala kata telah tersusun. Keberanian telah aku siapkan. Diapun telah menunggu. Namun entah, cantiknya itu selalu patahkan keberanianku. Sampai kemudian, ketika duduk berdampingan, aku ambil buku yang sedang ia tulis. Kuambil pulpen diatas meja. Dan aku tuliskan tiga kata besar-besar, penuh pada satu halaman itu. I Love You. Lalu aku serahkan, dia tersenyum mengangguk sambil berbisik " Kenapa menunggu begitu lama ? ". Aku tak mampu berkata apa-apa. Aku hanya sanggup mengeluarkan air mata.
Waktu berjalan. Pagi berubah sebagai bunga indah tak berbatas. Malam menjelma sebagai mimpi warna-warna surgawi. Hari-hariku jernih. Waktu-waktuku bersih. Ruang jiwaku tak pernah kosong dari dia yang memberiku arti.
Telah setahun, dan semuanya indah...
Aku putuskan untuk pergi, demi masa depan, untuk dia juga. Pesanku adalah sebagaimana pesan dia, jangan kau nodai niat baik ini dengan hadirnya orang ketiga. Perpisahan ini adalah agar persatuan kita bisa lebih mempunyai makna. Dengan doa, semoga kita bisa saling mengerti.
Telah dua tahun, dan semua baik-baik saja.
Aku tak bisa berpaling. Cintaku semakin mendesak. Kerinduan padanya telah membutakanku dari wanita manapun. Hari-hariku memang kadang terasa kosong, namun hatiku selalu penuh dengan bayangnya. Mungkin yang paling membahagiakanku adalah ketika aku pulang, bersua dengannya, nikmati hari dimana udara terlihat teduh.
Telah tiga tahun,...
Masih dirantauan, sampai kemudian aku merasa gelisah. Berita itu membuatku resah, tentang dia yang cantik, dan orang-orang yang tak tahan kecantikannya. Sedemikian banyak godaan, nampaknya..., dan dia selalu bisa menepis. Namun kuatkah dia bila godaan itu semakin kencang, dan dia tak ada yang melindungi ? Maka kemudian banyak permasalahan yang tak aku ketahui. Tentang isu, tentang cerita yang tak tahu darimana arahnya. Dia tak berpaling dariku, namun angin yang membuat semuanya terbalik. Kebenaran menjadi tidak benar. Ketulusan menjadi ajang kesalahpahaman. Dan intrik-intrik yang terjadi dalam keluarga, antar teman dan orang-orang yang begitu nekat padanya, semakin membuat pikiranku beku. Aku masih muda, kadang tak mampu aku fahami semuanya. Aku hanya bisa kesal dan marah. Namun kemarahanku semakin membuat dia bingung, dan marah juga. Lantas kamipun putuskan sesuatu yang tak pernah terlintas, bahwa kita harus berpisah. Sungguh sedih. Dan cita-cita yang pernah terbayangkan, lantas hilang bersama angin. Entah dimana...
Seorang kawan kasih nasehat, sebaiknya aku relakan dia pergi. Namun aku bilang bahwa itu sangat sulit. Mungkin dia bukan yang pertama, tapi bagiku dia paling berarti.
-----
Lima tahun, aku tetap belum bisa lupa. Suaranya yang tenang masih ada dalam ruang-ruang telingaku. Wajahnya yang anggun, mata yang bening, dan tahi lalat diatas bibir indahnya sepertinya belum bisa aku lepas. Hari-hari yang teduh itu masih sering terlintas dalam indahnya mimpi-mimpi. Namun yang harus kufahami, bahwa dia telah pergi.
-----
Pada tahun,... disaat lama tak pernah jumpa.
Malam itu, bersama teman aku pergi ke pusat perbelanjaan. Saat aku parkirkan sepeda motor, tanpa sengaja ada yang membuatku diam. Wajah itu memandangku saat aku menatapnya. Sejenak tak bergerak. Namun aku tahan air mata saat aku sadar bahwa dia adalah cintaku yang telah pergi. Aku ingin merengkuhnya, namun tidak...sebab dia juga menangis.
Kami bicara sebentar. Aku tak ingin luka kembali melebar. Dia hanya pesan,' tolong telpon aku, sekali saja'. Lantas dia pergi, bersama air mata dihati kami.
-----
Pagi, aku coba telpon seperti pinta dia kemarin malam. Suara dia masih begitu lekat, memintaku untuk mengerti jika selama ini hubungan kita tidak berhenti. Sekian tahun setelah peristiwa itu, hatinya terluka. Perasaan yang sama masih tak lepas. Penantiannya penuh harap, bahwa aku akan kembali. Hari-hari pedih dan tatapan kosong ia bagi sendiri. Tempat-tempat yang biasa kita kunjungi adalah tempat untuk menyepi.Tulusnya hati belum juga bisa lepaskan keberadaanku yang telah pergi. Sementara kesepian tak berujung sungguh menyiksa. Langit-langit jiwa yang kosong semakin menambah luka. Kenangan dan segala teduhnya titiskan duka yang tak berkesudahan. Sedangkan waktu terus berjalan. Yang diharap tak kunjung datang juga. Airmata menetes seiring bertambahnya usia.

Kemudian diam sejenak. Sepertinya dia menangis.
" Sudahlah " kataku. " Aku juga masih merasakan perasaan yang sama "
Masih terdiam. Isaknya semakin terdengar jelas.
" Apakah kita masih bisa kembali ? " tanyaku lagi.
" Tidak ! " jawabnya.
" Aku telah dipertemukan dengan jodohku, meski bukan kehendakku " tambahnya, memperjelas.
Kemudian aku tidak mengerti percakapan selanjutnya, sebab hatiku sudah mulai jatuh. Dan ini sudah tidak berarti lagi.
Aku memutuskan untuk pergi, sejauh mungkin, untuk melupakan dia dan tempat-tempat yang sering kami kunjungi.
-----
Kini aku telah ada dibagian lain belahan bumi. Jauh sekali dari tempat kami pernah bertemu. Aku telah pernah lupakan dia, dan semua kenangannya. Namun nafasnya kadang masih terasa, tawanya masih terdengar, wajahnya masih tergambar setiap kali aku merasa sepi. Terkadang dia juga masih datang, menjengukku dalam mimpi.
Aku telah lupakan dia, tapi mungkin dia adalah yang tak terlupa.
Entah...
-----

note : Lagu dari kisah ini. tentang geram, sesal dan cinta yang tak bertepi.

Yang tak terlupa

Ketika kupandangi kau
merah dimatamu
mungkinkah sedihnya hatimu
dikekhilafanku ?
sesaat ingin kujelaskan
yang tak kau fahami
namun kau yang tiada mengerti
makna yang kuberi
maafkan bila saat itu
mungkin kau terluka
seperti luka dihatiku
yang kehilanganmu

oh...kisah yang kini tiada
membekas didada
bagaimana kan terlupa
sedang engkau s'lalu dijiwa ?

*kau yang s'lalu didalam hati
kau kurindu sekali
kau yang s'lalu didalam mimpi
kau cintaku sejati


( sesaat setelah dia pergi )


D S, semoga baik-baik saja.


@ Missouri, setelah sekian lama
 
posted by nasindo at 1:00 AM | Permalink | 1 comments
Wednesday, July 27, 2005
Aku dan bebek

Aku dan bebek saat nikmati indahnya hari. Senang... itu tentu. Namun aku masih terbelenggu pada wacana hari esok, sedang mereka masih tetap akan nikmati hari sebagaimana hari itu. Ahh bebek...kau membuatku cemburu.

>>>>> >>>>> >>>>>

Spring yang indah, dan akupun ingin menikmati jalan-jalannya. Langit cerah, udara bersih, matahari tidak tampakkan panas sengatnya. Kuncup-kuncup mulai tumbuh, bunga-bunga semakin berwarna, burung-burungpun nampak anggun pada gemulai ranting hijau. Kemudian yang mencuri hatiku adalah segarnya air dan panoramanya, pada sebuah tempat disudut kota. Pohon-pohon disekeliling sungguh menawan juga, tampak berwarna. Dan air mancur itu menambah sempurnanya gemulai pagi ini. Aku berhenti, duduk disebuah sisi air itu. Ikannya kecil-kecil, dan hanya sekali dua mengintipku dari balik batu. Mungkin ingin menyapaku, tapi malu ( maklum, aku kan keren...hehehek ).
Tiba-tiba aku dengar gelak tawa dari balik bebatuan disebelah air mancur itu, riang terdengar. Namun bukan tawa dari mahluk sejenisku, sebab mereka adalah para bebek sedang bergurau, mandi dan sesekali mencari ikan. Akupun tertarik, dan ingin tertawa juga. Sebab keperluanku kesini adalah mencari segarnya jiwa, cerahnya diri, tutupi hati yang sebenarnya gelisah. Aku dekati mereka, namun mereka lari. Mungkin dikira aku ini penjahat yang mau merampok, membunuh atau memperkosa wanita-wanita mereka. Padahal aku datang untuk berbagi damai. Maka akupun lemparkan roti, bermaksud agar mereka tahu bahwa aku sebenarnya baek. Namun mereka masih nampak tidak berani, sebelum putra-putra mereka mempelopori perebutan roti-roti itu.
Lantas merekapun tahu bahwa aku ini sebenarnya teman. Kitapun menjadi akrab, meski roti yang sebenarnya jatah sarapanku itu sebagian besar mereka santap, tanpa satupun mengerti bahwa sebenarnya aku juga masih lapar.
Kamipun bicara, meski dengan ketidaksamaan budaya. Beda bahasa bukan berarti kami tidak pernah bisa saling mengerti. Namun hati kami yang berbicara. Damai kami. Ceria kami. Dan gelisah yang kubawa dari dunia yang berbeda, mereka lepas dengan canda-tawa yang bergulir bersama air dan kelopak ikannya.
Aku tidak mengerti bahasa mereka, namun seumpama bisa aku ucapkan, mungkin ini terjemahannya.
>>>>> >>>>> >>>>>
Saat aku mendekat, dan ingin memperkenalkan diri...
" Bubar...bubar...ada mahluk tak diundang ! " mereka teriak sambil menyebar.
Maka ketika aku taburkan roti itu, putra-putra mereka berlarian memperebutkannya. Anak-anak itu bahkan senang dengan kehadiranku ( atau kehadiran rotiku ya ? ). Sebegitu baeknya aku pada anak-anak itu, orang tua mereka lantas berani mendekat, dan bersedia menjabat tanganku, satu-satu.
" Apa kabar, kawan ?" sapaku. " Baeek..." jawab mereka, hampir serentak.
" Namaku nas, aku senang melihat kalian gembira " kataku. " Hahaha..." mereka hanya tertawa.
" Aku ingin seperti kalian, selalu lepas tanpa beban " lanjutku. " Hahaha..." mereka tertawa lagi.
" Memang kamu tukang batu ya...atau kuli pasir ? " kata bebek hitam, lugu.
" Bukan begitu, maksudku lepas tanpa beban pikiran " jawabku.
" Oooo...kalau kami memang nggak biasa mikir " katanya.
" Iya, sebab kamu nggak punya pikiran " celetuk bebek putih, sekenanya.
" Ya kamu jugalaah, kita kan bebek..." bebek hitam membela.
" Sesama bebek dilarang saling mbebeki !" sela bebek coklat, tiba-tiba.
" hihihi..." akupun mringis sendiri. " Kalian nggak pernah susah ya ?" lanjutku.
" kalau musim gini sih nggak susah, kalau musim kawin tuh kadang susah juga " bebek hitam, menjelaskan.
" Kenapa ? kan malah enak bisa saling kawin " tanyaku.
" Kawinnya sih enak, ngajak kawinnya tuh yang kadang sulit " katanya.
" Sulitnya ?" tanyaku lagi.
" Kan ada bebek yang jual mahal, ada pula yang malu-malu bebek. Susahnya lagi kalau saling rebutan, bisa berantem kita " jelasnya.
" Iya, apalagi elu, udah item, jontor lagi " goda si putih.
" Emang elu nggak jontor ? " sergah si hitam.
" Ya samalaah...tapi kan elu jontoran dikit " bela si putih.
" Ah...sesama jontor dilarang saling menjontori " kataku, sambil tertawa.
" Hahaha...."
" Kalian memang selalu gembira kawan, pantas nggak ada yang kelihatan tua " kataku.
" Ah kamu gaya, man...bebek kan nggak ada uban, nggak keriput juga. Cuman keras saja pahanya kalo sudah tua " kata si hitam.
" Hahaha..."
" Terus, siapa ya yang dianggap paling tua disini ? " tanyaku.
" Itu tuh, yang sedang mengeringkan badan " jawab si hitam, sambil menunjuk bebek dipinggiran air, yang tampak tenang berdiam diri.
Aku dekati, lantas kusapa " Selamat pagi ".
" Selamat pagi " sambutnya.
" Aku lihat kalian selalu riang " kataku.
" Itulah kami, yang s'lalu menjadi kami " jawabnya.
" Maksudnya ? " tanyaku.
" Maksudnya adalah kami tak pernah ingin menjadi orang lain. Tak ada ambisi untuk memiliki apa yang orang lain bisa lebih miliki. Tak ada nafsu untuk mendapat lebih dari apa yang telah ada pada kami. Tak ada gambaran tentang bagaimana hidup ini. Tak ada beban untuk bagaimana hari esok. Prinsip kami adalah hidup dan menjalaninya, berenang dan makan, tertawa seadanya. Kami sederhana. Kami tak ada pikiran apa-apa."
" Manusia penuh dengan rasa bingung. Kebingungan muncul dr masalah yg melingkari. Masalah timbul dari nafsu mereka sendiri. Dan nafsu tidak ada yang bisa mengendalikan, selain manusia secara pribadi. Mereka tak pernah ada rasa puas. Mereka s'lalu ingin merasa lebih, dan masih ingin lebih dari yang telah lebih. Mereka berfikir untuk bisa sempurna, meski mereka faham bahwa tidak ada diduniapun yang sempurna. Mereka punya kelebihan dalam berfikir dan memiliki martabat, namun nafsu dan bujukannya adalah kelemahan besar yang menghancurkan. Manusia seringkali tidak bisa mengendalikan diri, dan ini adalah kunci dari berarti-tidaknya hidup yang dimiliki. Mereka tidak akan bisa tertawa lepas, seperti kami, yang s'lalu bersahabat dengan air dan bumi."
" Anda tahu apa yang akan terjadi hari esok ? " tanyanya.
" Tidak " jawabku singkat.
" Bukankah anda punya pikiran, rencana, hitungan, dan prinsip untuk mengubah hari esok lebih baik dari hari kemarin ? " tanyanya.
" Iya, ada " jawabku, singkat lagi.
" Nah, kami tidak ada pikiran atau semua rencana seperti yang anda miliki. Tapi kami sudah tahu bahwa hari ini akan sama indahnya dengan hari esok " jelasnya.
" Iya, sungguh menyenangkan " balasku.
" Maka, nikmatilah hari ini, sebab esok anda akan kembali pada kegelisahan anda "
" Hehehe..." aku hanya tersenyum lirih.

Kita punya garis yang berbeda dalam hidup, namun bebek-bebek itu telah membuat aku cemburu.

>>>>> >>>>> >>>>>

Spring yang indah, paling tidak aku masih merasakan nikmatnya.


@ Missouri, last spring



nas
 
posted by nasindo at 4:41 AM | Permalink | 0 comments
Tuesday, July 26, 2005
Don't Quit
6.25 in the morning, too early,... but I already wake up. I don't know what thing poundering this mind, but I can't close my eyes as I usually still. I slept right before the dawn after a conversation with the one who asked me to sleep not too late, 2 hours a go. Such a short time, isn't it ?
Still itching in my back. I scracth it. But there is itches more bothering me, about feeling, and the wonder how I'm stuck here.
Bored, tired, pain inside me... this is the real itches.
I have no clear visibility for how the future gonna be, as neither everybody.

Ahhh...but don't quit. No, don't !

When things go wrong as they sometimes will,
When the road you're trudging seems all uphill,
When the funds are low, and the debts are high,
and when you want to smile, but you have to sigh.
When care is pressing you down a bit,
Rest if you must, but don't quit.

Life is queer with its twist and turns,
as everyone of us sometimes learns,
And many a failure turns about,
When he might have won had he stuck it out;
Don't give up though the pace seems slow,
You may succeed with another blow.

Success is failure turned inside out,
The silver tint of the clouds of doubt,
and you never can tell how close your are,
It maybe near when it seems so far;
So stick to the fight when you're hardest hit,
It's when things seem worst,
that you must not quit.

------

Feel a little better, but never better than what it means 'better'. Today I might be fall, but still I believe there's a light for tomorrow. This spirit inside me always linger in my mind, for I'm the one who try to set the sun.
 
posted by nasindo at 4:30 AM | Permalink | 0 comments
Monday, July 25, 2005
the flag

it is my rights to rise the colour of life, but is it the right flag ? Posted by Picasa
 
posted by nasindo at 8:34 AM | Permalink | 0 comments